- tim tvone - miftakhul erfan
Gegara Dihukum Lari oleh Gurunya, Kedua Telapak Kaki Pelajar SMP di Kota Madiun Melepuh
Madiun, tvOnenews.com - Gara-gara tidak mengikuti kegiatan kerohanian di sekolah, seorang pelajar SMP Negeri 10 di Kota Madiun berinisial G, warga Jalan Genen, Kelurahan Banjarejo, Kota Madiun mengalami luka melepuh di kedua telapak kakinya.
G yang merupakan pelajar usia 15 tahun, duduk di bangku kelas 9 ini, dihukum lari mengelilingi lapangan basket di sekolahnya bersama sejumlah siswa lain, Rabu (27/9).
Namun kabar ini baru diketahui setelah ibunya Novia Tri Handayani memposting kondisi yang dialami putranya ke media sosial. Dalam tulisannya, ibu korban mengaku sedih dan prihatin atas apa yang menimpa G.
“Saya sebenarnya ingin diam, namun perasaan saya sebagai seorang ibu menangis melihat kondisi ini,” tulis Novia di medsos dengan melampirkan kondisi luka pada telapak kaki anaknya yang melepuh.
“Jadi ceritanya kemarin itu dianya, (G) tidak ikut kumpulan di sekolahnya. Jadi setiap istirahat siang itu yang muslim disuruh sholat yang Nasrani disuruh kumpul juga semacam pembiasan gitu,” kata Novia Kamis (5/10).
Novia mengaku memang anaknya salah tidak mengikuti kegiatan pembiasan malah di perpustakaan bersama temannya hingga bel masuk kelas berbunyi. Saat masuk kelas itulah guru kesiswaannya tahu dan melaporkan kepada guru agama untuk diberi sanksi.
Korban bersama sejumlah temannya dihukum dengan lari mengelilingi lapangan basket tanpa memakai alas kaki di bawah terik matahari.
“Baru lima kali putaran anak saya sudah gak kuat dan kakinya melepuh seperti itu. Satunya melepuh satunya kulitnya sampai mengelupas,” imbuhnya.
Pihak sekolah pun langsung bertindak dengan mengobati luka dan memberi perban kemudian diantar pulang, kemudian mengabarkan kepada orang tuanya tentang apa yang terjadi.
Terpisah, Walikota Madiun Maidi, yang menjenguk korban mengaku baru mengetahui kejadian ini setelah ramai di media sosial. Selain menjenguk korban, Maidi juga membawa dokter dari puskesmas untuk memastikan kondisi luka di telapak kakinya bisa segera mendapat pengobatan.
“Sudah saya tarik, saya administrasi tidak jadi guru lagi melainkan jadi staf. Biar dia merenungi salahnya,” tandas Maidi.
Maidi pun juga menghimbau kepada pihak sekolah untuk bisa menjaga dan mengayomi murid-muridnya. Bahkan Maidi mengancam kepala sekolah tersebut untuk dimutasi jika nanti saat korban sekolah lagi, justru kena bullying dari guru dan temannya.
“Anak ini nantinya kalau sudah sembuh dan masuk sekolah pasti diejek temannya, jadi sekolah harus melindungi, nanti akan saya mutasi kepala sekolahnya jika tidak bisa menjaga anak tersebut,” pungkasnya.
Dari hasil pemeriksaan dokter Puskesmas Banjarejo yang memeriksa G, menyebutkan bahwa luka pada kaki korban telah membaik.
Tim medis puskesmas akan terus memantau perkembangan pasien setiap hari hingga bisa beraktivitas dan bersekolah kembali.
Kini, pihak keluarga korban mengaku telah menempuh jalur kekeluargaan dalam menyelesaikan masalah ini. Pihak sekolah juga telah meminta maaf atas kejadian yang dialami korban di sekolahnya. (men/hen)