- Tim tvOne - Wahyu Kurniawan
Dramatis, Evakuasi Nenek Sebatang Kara di Kebumen yang Rumahnya Ambruk
Kebumen, Jawa Tengah - Rumah seorang nenek yang hidup sebatangkara di Dukuh Karangjati Selatan RT.02 RW.03, Desa Karangpule, Kecamatan Sruweng ambruk pasca hujan deras mengguyur wilayah Kebumen. Beruntung peristiwa itu tidak melukai sang nenek yang sedang terlelap tidur.
Peristiwa itu terjadi pada Selasa (15/3/2022) malam sekitar pukul 19.30 WIB. Sang nenek bernama Sumarmi (65) menjerit minta tolong. Posisi rumah yang jauh dari permukiman warga membuat peristiwa tersebut lambat diketahui warga.
Malam sekitar pukul 21.00 WIB warga setempat baru mengetahui rumah nenek Sumarmi telah ambruk rata dengan tanah.
"Kaget saya samar-samar ada suara gubrak kenceng banget di susul suara minta tolong, ternyata mbah marmi. Saya dekati rumah sudah ambruk rata dengan tanah. Kemudian saya manggil warga yang lain untuk menolong," ujar Zainul Izak warga yang pertama kali menolong Mbah Marmi.
Warga yang iba melihat kondisi Mbah Marmi akhirnya bergotong royong mendirikan tenda darurat. Karena kondisi waktu yang sudah malam, jalur untuk evakuasi juga gelap tidak memungkinkan untuk Mbah Marmi di evakuasi langsung malam itu juga. Warga kemudian melaporkan peristiwa ini ke Polsek Sruweng.
Keesokan harinya, Rabu (16/3/2022) siang, jajaran Polsek Sruweng dipimpin langsung oleh AKP Mardi dan didampingi Kades Karangpule Qurotun Ngaeniyah, mengevakuasi Mbah Marmi kerumah saudaranya.
"Ini tadi dapat kabar dari warga, langsung ke lokasi. Kami ingin memberikan bantuan tenaga mengevakuasi Mbah Marmi ketempat yang lebih layak sebelum rumahnya diperbaiki kembali," jelas Mardi.
Proses evakuasi berlangsung dramatis, warga dibantu polisi harus merebahkan tubuh Mbah Marmi dikursi panjang beralaskan tikar kemudian diikat dan dibawa secara gotong royong menuju rumah saudaranya.
"Gak ada cara lain, mau di gendong gak bisa, akhirnya kita bawa pake kursi kayu panjang ikat dan di gotong rame-rame. Jalurnya cukup ekstrim naik turun alas (pekarangan) sejauh kurang lebih setengah kilo," lanjut Mardi.
Sebelum ambruk Mbah Marmi menempati rumah peninggalan mbahnya seorang diri, tanpa anak atau suami. Rumah berdinding anyaman bambu dengan ukuran 4x6 meter ini jauh dari kata layak.
Keberadaannya yang jauh dari permukiman warga membuat Mbah Marmi seperti hidup dalam pengasingan. Untuk kebutuhan makan sehari-hari ditopang dari saudara dan para tetangga yang merasa iba dengan kondisinya.
"Dulu sempat pernah diajukan untuk perbaikan bedah rumah, tapi malah ditolak gak tau sebabnya apa," ucap Qurotun Ngaeniyah Kades Karangpule. (Wahyu Kurniawan/Buz)