- Tim tvOne - Abdul Rohim
Musim Kemarau Harga Garam Malah Anjlok 80 Persen, Petani Garam di Rembang Meradang
Rembang, tvOnenews.com - Memasuki musim kemarau harga garam di tingkat petani di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, terus merosot. Anjloknya harga garam saat ini mencapai 80 persen dari harga semula pada bulan lalu.
Biasanya jika musim kemarau tiba petani garam justru meraup keuntungan, namun kali ini harga garam di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, terus merosot.
Jika bulan Juli lalu harga garam masih Rp 5.000 per kilogram, memasuki akhir bulan Agustus ini harga garam hanya Rp 1.000 per kilogram.
Padahal puncak panen garam akan segera tiba, dan biasanya pada puncak panen harga garam akan terus mengalami penurunan. Anjloknya harga disinyalir lantaran para tengkulak mempermainkan harga garam dari petani.
Salah satu petani garam asal Desa Tambakagung, Kecamatan Kaliori, Kusnadi, mengatakan, penurunan harga garam sudah terjadi sejak sebulan lalu. Harga jual garam semula Rp5.000 per kilogram, kini hanya Rp 1.000 per kilogram.
“Harga garam saat ini turun, dari sebelumnya Rp 5.500 jadi Rp 1.300, sudah terjadi satu bulanan. Kalau harga anjlok gini ya tidak sebanding dengan biaya produksi,” kata Kusnadi, Selasa (22/8/2023).
Selain mengeluhkan penurunan harga garam, para petani garam juga mengeluhkan dampak el nino yang menyebabkan kurangnya pasokan air laut yang mengalir ke lokasi tambak sebagai bahan baku pembuatan garam.
“Untuk bahan baku pembuatan garam saat ini sulit, karena air dari laut tidak bisa mengalir ke tambak akibat kemarau sungai dangkal,” imbuhnya.
Para petani garam saat ini hanya bisa berharap pemerintah segera turun tangan untuk mengembalikan harga jual garam agar harga jual bisa kembali seperti semula.
“Untuk biaya produksi kalau harganya segini ya nggak mencukupi. Harga solar untuk menyedot air laut ke tambak ya harganya kayak gitu, apalagi sulit kalau beli banyak,” keluh salah seorang petani garam lainnya, Rohmadi.
“Kalau petani garam dengan kondisi seperti ini ya mengeluh, tapi bagaimana namanya orang kecil ya diam saja. Harapan kami pemerintah turun tangan, seharusnya harga ya minimal Rp 2.000 lah,” pungkasnya. (arm/buz)