Tragedi Anak Bunuh Ibu, Polisi Harus Teliti an Perlu Kajian Psikologis Mendalam

Jakarta, tvOnenews.com - Pakar menilai penanganan kasus anak yang berhadapan dengan hukum harus dilakukan secara komprehensif dan tidak disimpulkan secara sederhana.

Proses penyelidikan dinilai perlu melibatkan berbagai disiplin ilmu agar penyebab dan latar belakang peristiwa dapat dipahami secara utuh.

Menurut pakar, sebuah tindak kejahatan umumnya tidak dipicu oleh satu faktor tunggal.

Oleh karena itu, aparat penegak hukum perlu melibatkan psikologi forensik, kriminologi, viktimologi, serta tenaga kesehatan mental dalam proses penyelidikan dan asesmen terhadap anak.

Faktor lingkungan keluarga, termasuk kondisi relasi orang tua, dinilai tidak dapat langsung dijadikan dasar kesimpulan.

Pemisahan tempat tinggal atau ruang antara orang tua dapat terjadi karena berbagai alasan dan belum tentu berkaitan langsung dengan tindakan yang dilakukan anak.

Selain faktor keluarga, pakar juga menyoroti pengaruh lingkungan digital terhadap perkembangan psikologis anak. Paparan media sosial, gim daring bernuansa kekerasan, serta kejahatan siber dinilai berpotensi memengaruhi perilaku anak, terutama pada usia pubertas yang masih rentan dalam menyerap informasi.

Dalam konteks hukum, anak yang berhadapan dengan hukum tidak langsung dikenakan pidana penjara.

Penanganan dilakukan melalui mekanisme tindakan, seperti rehabilitasi sosial, pendampingan psikologis dan psikiatris, atau pengembalian kepada orang tua, sesuai hasil asesmen dari pembimbing kemasyarakatan, psikolog, dan pekerja sosial.

Pendekatan yang digunakan menitikberatkan pada kepentingan terbaik bagi anak, dengan mempertimbangkan kondisi psikologis, tingkat trauma, serta kesiapan anak dalam menjalani proses hukum dan pemulihan.

Pakar juga mengingatkan bahwa dampak psikologis akibat peristiwa hukum dapat membekas dalam jangka panjang.

Stigma sosial dan tekanan lingkungan berpotensi menimbulkan trauma berkepanjangan yang memengaruhi kehidupan anak di masa depan.

Kasus ini dinilai menjadi pengingat bagi orang tua, sekolah, dan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap kesehatan mental anak.

Deteksi dini terhadap perubahan perilaku, emosi, dan interaksi sosial anak dinilai penting agar intervensi profesional dapat dilakukan sebelum muncul risiko yang lebih serius.