Sorotan Kasus: Akhir Pelarian Sang Pembunuh Berantai di Aceh Tenggara
Aceh Tenggara, tvOnenews.com - Pelarian sang pembunuh berantai di Aceh Tenggara, Andrian Syahputra memasuki babak akhir.
Dirinya ditangkap pihak kepolisian di Desa Salim Pinim, Kecamatan Tano Alas, Aceh Tenggara setelah buron 8 hari.
Apa sebenarnya motif dirinya membantai lima orang, termasuk anak di bawah umur? Dan bagaimana kesaksian Matiah, korban selamat dari pembantaian ini?
Pembantaian yang dilakukan Ardiansyah Putra ini terjadi pada Senin, 16 Juni 2025.
Saat itu pelaku tanpa diketahui maksud dan tujuannya membantai enam orang secara sadis.
Pelaku tidak hanya membantai korban di dalam rumah saja, namun pelaku pun dengan tega melakukan aksi kejinya di dalam warung milik korban.
Pelaku pertama kali mendatangi rumah korban pertama dan keduanya saat itu keduanya sedang berada di dalam rumah.
Tiba-tiba pelaku masuk ke dalam rumah dan langsung menyerang keduanya.
Ironisnya, pelaku langsung melayangkan parangnya ke bagian tubuh dua korban ini.
Aksi pelaku ternyata diteruskan ke rumah berikutnya hingga korban yang terakhir.
Warga yang geram dengan aksi keji pelaku langsung membakar sebuah sepeda motor yang ditinggal terparkir oleh pelaku.
Beruntung hari itu, Matiah yang menjadi korban terakhir berhasil diselamatkan oleh warga dan dilarikan ke rumah sakit.
Berhari-hari, Matiah mendapatkan perawatan intensif untuk mengobati luka bacokan di kepalanya.
Wanita 51 tahun ini harus menanggung kesakitan yang berkepanjangan usai pembacokan di hari itu.
Dalam peristiwa tersebut, Matiah mengaku tak sadarkan diri setelah terjatuh saat pelaku mengejarnya.
Dirinya tersadar setelah dirawat di rumah sakit dengan luka di bagian kepala.
Semakin hari kondisi Matiah semakin membaik. Kepada tim tvOne, Matiah pun mulai berani untuk menceritakan kisah tragisnya hari itu.
Kebiadaban pelaku sangat terlihat ketika polisi melakukan olah TKP di rumah semua korban. Dalam pembantaian ini tampaknya pelaku tidak pandang bulu.
Semua yang terlihat dan menjadi target langsung dibantainya. Tetangga korban yang rumahnya dekat dengan rumah korban harus dihantui rasa ketakutan usai menyaksikan peristiwa berdarah secara langsung yang dilakukan oleh Ardian Syahputra.
Informasi kepolisian yang mengatakan jika pelaku dengan korban masih mempunyai hubungan keluarga, ternyata benar adanya.
Hal ini diperkuat pernyataan ibu pelaku yang mengatakan jika korban adalah paman dan juga sepupu pelaku.
Meski sang ibu sudah mengingatkan anak laki-lakinya yang juga pelaku pembunuhan berantai ini, nampaknya pelaku tidak juga mengindahkan pesan sang ibu untuk segera menyerahkan diri ke polisi.
Memasuki hari keenam pasca pembunuhan, pihak kepolisian melakukan penyisiran di kawasan hutan belantara untuk mencari Ardian Syahputra.
Dengan perjalanan yang cukup panjang, menyisir hutan belantara kawasan Gunung Leuser untuk mencari jejak sang pelaku, nampaknya hari itu keberuntungan belum berpihak kepada pihak kepolisian.
Bahkan untuk antisipasi pelaku kabur ke luar Aceh Tenggara, pihak kepolisian juga menerbitkan dan menyebarkan daftar pencarian orang atau DPO atas nama Ardian Syahputra.
Pelarian Ardian Syahputra tampaknya sudah terdeteksi pihak kepolisian.
Senin malam dirinya berhasil diringkus pihak kepolisian Pariaman di Desa Salim Pinim Kecamatan Tanoh Alas, Aceh Tenggara.
Setelah 8 hari dirinya menjadi buronan polisi, Ardian pun akhirnya dapat diringkus.
Terlihat detik-detik sang pembunuh berantai berhasil ditangkap anggota kepolisian.
Selasa sore, 24 Juni 2025, polisi akhirnya bisa tersenyum lega usai menangkap pemuda 35 tahun ini.
Pelarian yang cukup panjang dilakukan oleh pelaku untuk menghindar dari kejaran polisi.
Langkah Ardian Syahputra hari itu sudah tidak gagah lagi sebagaimana waktu dirinya membantai lima orang dewasa hingga anak di bawah umur dengan sadisnya.
Namun hari itu Ardian Syahputra hanya tertunduk dan pasrah.
Namun polisi masih harus terus menyidik kasus ini untuk mengungkap motif apa di balik serangkaian aksi kejam yang dilakukan oleh pelaku.
Polisi berhasil mengamankan barang bukti berupa parang yang digunakan pelaku saat pembacokan, dua telepon genggam, lampu penerangan, hingga sepeda motor yang dibakar warga.