- tvOnenews.com - Taufik Hidayat & Instagram FA Malaysia
FIFA dan AFC Didesak Ubah Regulasi Naturalisasi usai Timnas Indonesia dan Malaysia Dianggap Ugal-ugalan, Komentator Vietnam: Sejujurnya...
Jakarta, tvOnenews.com - Kekalahan telak timnas Vietnam dari Malaysia dengan skor 0-4 di Kualifikasi Piala Asia 2027 memicu perdebatan besar soal kebijakan naturalisasi.
Komentator senior Vietnam, Quang Huy, menyuarakan keprihatinan mendalam terhadap arus naturalisasi besar-besaran yang terjadi di Asia Tenggara.
Khususnya naturalisasi pemain yang dilakukan oleh Malaysia dan Timnas Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.
Ia bahkan menilai bahwa FIFA dan AFC perlu segera turun tangan untuk meninjau ulang aturan main yang ada.
- x.com/FAM_Malaysia
“Sejujurnya, FIFA mungkin tidak menyangka naturalisasi akan terjadi secara masif... Situasi ini sangat memprihatinkan,” tegas Quang Huy dikutip dari Soha.
Dalam laga di Grup F yang berlangsung di Kuala Lumpur, Vietnam tidak mampu membendung kekuatan Malaysia yang tampil dominan.
Permainan solid tersebut berkat sederet pemain naturalisasi dari Argentina, Brasil, Spanyol, hingga Eropa Timur.
“Mereka memiliki pemain yang cepat dinaturalisasi, pemain yang benar-benar 'superstar', seperti pemain dari Argentina, Brasil, Spanyol, dan beberapa negara Eropa lainnya. Semua pemain ini memiliki pengalaman bermain di tim papan atas negara-negara tersebut,” ujar Huy.
- AFC
Tak hanya pemain, Malaysia juga memiliki pelatih dengan pendekatan ala Eropa yang agresif dan efektif.
Huy menilai bahwa tim-tim seperti Vietnam kini tertinggal jauh dalam hal strategi dan kualitas sumber daya manusia di lapangan.
Menurut Quang Huy, gelombang naturalisasi yang tak terbendung membuka celah yang berpotensi mengancam ekosistem pembinaan sepak bola nasional.
Ia menyebut, beberapa pemain bahkan bisa lolos hanya dengan mengklaim status kewarganegaraan tanpa latar belakang yang jelas.
- Tim tvOne/Taufik Hidayat
“Saya juga berpendapat bahwa melalui kisah-kisah ini, bukan hanya saya sendiri, tetapi juga FIFA dan AFC perlu mempertimbangkan kembali naturalisasi. Harus ada standar tertentu dan tidak bisa bergantung pada masing-masing negara.”