- fifa
Catatan Piala Dunia: Spanyol dan Brasil Terbaik
Tim Nasional 32 negara peserta Piala Dunia 2002 Qatar sudah melakoni laga perdana sehingga 16 pertandingan sudah dimainkan. Tercatat, untuk sementara, hanya dua negara yang tampil baik, pantas disebut calon juara dunia, yakni Spanyol dan Brasil.
Nilai terbaik diraih tim nasional Spanyol yang dilatih Luis Enrique. Tim Matador bermateri kombinasi pemain senior dan junior, average usia sekitar 25 tahun, harganya 15 triliun rupiah. Dan kita sudah tahu, juara Piala Dunia 2010 itu menang telak atas Kosta Rika, 7-0, dalam sebuah laga tak seimbang.
Orkestra Piala Dunia 2022
Permainan Spanyol ibarat orkestra. Setiap pemain punya talenta hebat di posisi masing-masing. Tujuh gol yang bersarang di gawang Kosta Rika didasari kerjasama dalam alunan 'nada' yang tersusun rapi, enak ditonton, membuat kita kagum.
Pemain kunci, sebagai dirigen Sergio Busquets. Pemain Barcelona ini sungguh lihai melakoni tugas sebagai gelandang jangkar, pemain sentral yang mengawali taktik bertahan dan juga jurus menyerang.
Lihat saja, bila bola di kaki Sergio, pertahanan Spanyol aman. Sebaliknya pertahanan lawan terancam. Pemain berusia 33 tahun ini cukup berlari-lari kecil menjelajah lapangan, tapi bola umpannya cepat menusuk, merobek pertahanan lawan.
Di sekeliling Sergio, ada tiga gelandang muda punya ball skill luar biasa, berdaya ledak tinggi: Gavi, Dani Olmo dan Pedri. Dengan empat pemain ini, lapangan tengah Spanyol terlihat super. Cara kuartet ini bermain aktratif, membuat pemain Kosta Rika seperti belajar sepakbola.
Kerennya, Gavi, Dani dan Pedri bukan cuma mengamankan lini tengah saat kalah bola. Ketiga gelandang serang ini aktif masuk ke jantung pertahanan lawan. Mereka menusuk dengan bola di kaki, atau sebagai 'hantu', pemain yang tiba-tiba muncul di kotak penalti lawan.
Itulah musabab Gavi, Dani dan Pedri berkali-kali mengancam gawang Kosta Rika dari semua rusuk pertahanan lawan. Tidak heran, kalau Dani dan Gavi menyumbang masing-masing satu gol. Sementara Pedri mengancam dengan tendangan jarak jauh dan umpan akuratnya.
Di lini depan, duet penyerang Marco Asensio dan Ferran Torres boleh disebut pasangan liar dan ganas, tapi cerdas. Keduanya sulit dikawal, karena terus bergerak, menekan, dan rajin mencari ruang kosong, untuk peluang mencetak gol.
Kelebihan Asensio dan Torres tidak serakah, tidak egois. Keduanya mau mengalah menjadi bayang-bayang, atau bergerak memancing lawan ke luar, untuk memberi pemain gelandang melakukan taktik coming from behind. Ini keren banget.
Di lini pertahanan, Spanyol juga terlihat kokoh, dengan kuartet pemain kelas satu. Di kanan dan kiri, ada Cesar Azpilicueta dan Jordi Alba. Di tengah ada duet Manchester City, Rodri dan Aymeric Laporte. Ini barisan pertahanan seharga Rp2,5 triliun. Dilengkapi kiper Unai Simon, sudah pasti gawang Spanyol susah dibobol.
Memang masih dini menyebut Spanyol bakal juara. Sebab permainan cantiknya masih perlu dibuktikan menghadapi lawan yang lebih tangguh. Tapi bisa jadi pula, semakin tangguh lawan, semakin cantik pula Spanyol bermain. Mari kita tunggu.
Brasil Jogo Bonito
Tim Samba Brasil konsisten menampilkan jogo bonito, sepakbola indah dengan sesekali menampilkan gerakan akrobatik, membuat lawan terkesima dan penonton takjub.
Menghadapi Serbia, di laga perdana, Brasil terlalu santai di babak pertama. Tim Samba kurang mengeluarkan tenaga dan keahliannya. Mereka hanya menggertak hingga lapangan tengah. Begitu masuk daerah tembak, tekanan Neymar dan kawan-kawan melemah, banyak peluang terbuang.
Di babak kedua, pasukan pelatih Tite baru memperlihatkan marwahnya. Tekanan Brasil lebih variatif dan aktraktif. Semua pemain ikut menggedor dari semua sektor. Daya dobrak Brasil terlihat kuat dan mengancam. Hasilnya, Brasil menang 2-0 melalui dua gol striker Richarlison.
Seperti biasa, Brasil wajib disebut sebagai favorit juara dunia. Itu diperkuat dari penampian impresif mereka saat melawan Serbia. Tim Brasil di Piala Dunia Qatar ini seharga 20 trilun rupiah. Semua pemainnya bintang kelas satu, tersebar di berbagai klub elite Eropa.
Tim Brasil punya kelebihan dan kekurangan. Biasanya Brasil lemah di kiper, tapi kali ini juara dunia 5 kali ini punya kiper terbaik, Alisson Becker, yang sehari-hari menjaga gawang Liverpool.
Lini paling menonjol di Tim Samba adalah barisan penyerang. Itulah pangkalnya striker nomor satu Liverpool, Roberto Firmino kalah bersaing, tak masuk tim. Bahkan Neymar, saat melawan Serbia, harus ditarik sebagai pemain gelandang.
Kerennya lagi semua ujung tombak Brasil anak muda, di usia golden age. Yang tertua 25 tahun, Gabriel Jesus, Richarlison, Rapinha dan Pedro. Yang lain, Vinicius Junior, Rodrygo, Martineli, dan Antony baru 22 tahun. Semuanya berkarakter liar, cepat dan haus gol. Untuk menghentikan mereka, perlu jurus tebas.
Di lapangan tengah, Brasil mengandalkan pemain senior, Neymar, Casemiro, Fabinho, Fred, Everton, yang rata-rata berusia 30 tahun. Yang muda cuma Bruno Guimares dan Lucas Paqueta, 25 tahun. Di sinilah kekurangan Tim Samba.
Kekurangan karena kelebihan usia juga di lini belakang. Sebab Brasil masih bergantung pada pemain veteran karismatik Thiago Silva (38 tahun) dan Dani Alves (39 tahun). Di wing back Danilo dan Sandro juga berusia kepala tiga. Untung tertolong dengan adanya Marquinhos (28 tahun) dan Eder Militao (24 tahun).
Jadi, memang, menjagokan Brasil riskan juga. Kita ragu apakah para bintang 'veteran' Brasil bisa tampil prima sepanjang Piala Dunia. Neymar, umpamanya, sudah cedera di laga perdana. Dia belum dipastikan bisa tampil di laga kedua.
Tapi tentu pelatih Tite dan asistennya sudah berhitung, dan punya resep ampuh. Pendukung Brasil tidak perlu cemas. Sepakbola bukan semata soal tua dan muda, juga menuntut pengalaman dan mental juara. Brasil punya keduanya.
Siapa yang bakal juara, memang masih dini untuk ditebak. Yang jelas, bila langkah Brasil terhenti di babak awal, itu sama saja membuat Piala Dunia selesai sebelum waktunya. Hahahhaa…
* Reva Deddy Utama, Wartawan dan Pemerhati Sepakbola