- Antara
Konflik Rusia Vs Ukraina dan Nasib Pahit di Persimpangan Jalan
Rusia dan Konsolidasi "Global South"
Sebaliknya, Rusia di bawah Vladimir Putin berhasil memainkan kartu geopolitiknya dengan cerdik. Alih-alih terisolasi total, Moskow berhasil membangun lifeline ekonomi dan diplomatik melalui BRICS+ dan kemitraan strategis dengan "Global South" (Selatan Global).
Dengan menarasikan perang ini sebagai perlawanan terhadap hegemoni Barat, Rusia mengamankan dukungan, atau setidaknya netralitas, dari kekuatan besar seperti India, Tiongkok, dan Brasil.
Secara geopolitik, Rusia telah berhasil mengubah status wilayah pendudukan (Donbas, Zaporizhzhia, Kherson) menjadi fait accompli (fakta yang tak terelakkan).
Bagi Kremlin, wilayah ini bukan sekadar tanah, melainkan zona penyangga (buffer zone) vital untuk menjauhkan infrastruktur NATO dari perbatasan intinya.
Perspektif Strategi Keamanan: Kegagalan Perang Atrisi dan Jebakan Teknologi
Jika geopolitik adalah tentang niat, strategi keamanan adalah tentang kapabilitas. Di sinilah Ukraina menghadapi dinding tebal yang sulit ditembus.
Kegagalan Doktrin Serangan Balik
Harapan bahwa senjata canggih Barat (seperti tank Leopard atau jet F-16) akan menjadi "peluru perak" yang mengubah jalannya perang telah pupus. Perang di Ukraina telah membuktikan dominasi pertahanan atas penyerangan.
Garis Surovikin, jaringan parit, ladang ranjau, dan benteng pertahanan Rusia, terbukti hampir mustahil ditembus tanpa keunggulan udara total, sesuatu yang tidak pernah dimiliki Ukraina.
Revolusi Drone dan Transparansi Medan Perang
Kita menyaksikan era baru peperangan di mana "kejutan taktis" menjadi mustahil. Dengan langit yang dipenuhi drone pengintai, setiap konsentrasi pasukan Ukraina yang mencoba berkumpul untuk serangan langsung terdeteksi dan dihancurkan oleh artileri Rusia dalam hitungan menit.
Hal ini memaksa perang kembali ke bentuk paling purba dan brutal: perang atrisi (pengurasan tenaga).
Dalam matematika perang atrisi, negara dengan populasi lebih besar (Rusia, sekitar 140 juta jiwa) dan kedalaman strategis lebih luas hampir selalu menang melawan negara yang lebih kecil (Ukraina, sekitar 30 juta tersisa).
Rusia mampu menukar "darah dengan tanah" pada rasio yang tidak mampu ditanggung oleh demografi Ukraina yang menyusut.
Opsi Nuklir dan Batas Eskalasi
Strategi keamanan Barat juga terbelenggu oleh ketakutan akan eskalasi nuklir. Doktrin keamanan Rusia secara eksplisit mengizinkan penggunaan senjata nuklir taktis jika integritas teritorialnya (yang kini mencakup wilayah yang dianeksasi) terancam.