- Wikipedia/Instagram @gorontaloculture
Akankah Lahir Escobar van Gorontalo?
Pada dekade 1970-an dan 1980-an, negara-negara Amerika Latin didera kemiskinan akut. Kemiskinan adalah ladang subur bagi tumbuhnya kartel kejahatan. Kemiskinan telah membuat sebagian manusia memilih mengabaikan malaikat dan kemudian bersekutu dengan setan; memilih menjual jiwanya untuk kenikmatan sesaat. Kartel narkoba tumbuh di mana-mana, pemberontakan dan darderdor bermunculan.
Para warlord lahir di mana-mana. Dan itu bermula bukan dari ibukota, tapi dari daerah, yang pemerintah pusat memiliki kontrol yang lemah. Bubuk kokain dibuat di tengah hutan di Peru. Pusat operasi perdagangannya dikendalikan dari Medellin, bukan dari Bogota yang ibukota Kolombia. Escobar menampilkan dua wajah, lazimnya bandit di kubangan kemiskinan. Satu wajah bak Robin Hood, menyantuni orang-orang miskin.
Namun wajah lainnya adalah wajah iblis. Seperti mimpi di awalnya, namun akhirnya Escobar bergabung ke partai politik dan berhasil duduk di parlemen. Kini ia memiliki imunitas dan sekaligus hak paspor diplomatik.
Provinsi Gorontalo adalah provinsi termiskin ke-9 di Indonesia, yaitu setelah Papua Pegunungan, Papua Tengah, Papua Barat, NTT, Papua Barat Daya, Papua Selatan, Papua, Maluku. Garis kemiskinan per kapita di Gorontalo adalah Rp473 ribu per bulan. Artinya hanya Rp15 ribu per hari.
Angka yang sangat rendah. Saingan Gorontalo hanya seluruh provinsi di Papua, lalu NTT dan Maluku. Artinya, Gorontalo adalah provinsi termiskin di Sulawesi dan lebih miskin dari seluruh provinsi di Kalimantan.
Sepuluh tahun terakhir ini, Gorontalo tak ada kemajuan berarti. Persentase penduduk miskin Gorontalo pada 2012 adalah 17,33 persen dan pada 2022 menjadi 15,51 persen. Dalam sepuluh tahun hanya turun 1,82 persen. Bandingkan di masa 10 tahun sebelumnya. Pada tahun 2002 persentase penduduk miskin Gorontalo 33 persen.
Sehingga dalam 10 tahun dari 2002 ke 2012 persentase penduduk miskin turun 15,67 persen. Namun uniknya, gubernur masa itu (2012-2022) pernah menjadi gubernur terkaya nomor dua di Indonesia, seperti tercantum dalam laporan kekayaannya ke KPK. Kekayaannya pada 2011 Rp49 miliar, namun pada 2021 naik menjadi Rp86 miliar. Sehingga dalam 10 tahun kekayaannya naik Rp37 miliar.
- ANTARA/HO-Basarnas