news

Daerah

Bola

Sport

Gaya Hidup

Video

Tvone

Pojok KC - Puasa Sepuluh Hari Kedua.
Sumber :
  • tim tvonenews

Puasa Sepuluh Hari Kedua

Kini ketika diminta Tuhan mendaki lebih tinggi dan lebih sulit di sepuluh hari yang kedua, kita bertemu ciri kemanusiaan yang lain: insan yang mudah lupa.
Selasa, 11 Maret 2025 - 20:48 WIB
Reporter:
Editor :

Lalu apa hikmah dari perhitungan tahun rembulan bagi umat Islam? Dengan ibadah mengikuti tahun rembulan, maka dipastikan ibadah puasa atau ibadah haji akan beredar ke semua musim. Keadilan tercipta bagi umat di seluruh dunia karena suatu saat puasa dan haji akan jatuh di musim panas dan di belahan bumi lain akan jatuh di musim dingin secara bergiliran. Desain Islam adalah agama untuk seluruh umat manusia, tidak peduli di mana ia tinggal, di belahan bumi utara maupun selatan.

Bayangkan jika ibadah puasa diterapkan berdasarkan kalender matahari, misalnya ditetapkan jatuh bulan Desember. Yang terjadi adalah orang-orang yang tinggal di bumi bagian utara akan selalu berpuasa di musim dingin yang sejuk dan pendek, sebaliknya mereka yang tinggal di bumi sisi selatan akan merasakan selamanya berpuasa dengan musim panas yang kering dan lama. Keadilan dengan demikian tercipta. 

Ilustrasi -Sholat tarawih
Sumber :
  • ANTARA

 

Demikian pentingnya memandang segala hal dalam kaca mata hikmah. Dan kini ketika perjalanan ruhani sudah separuh jalan, kita di hadapkan pada kualitas ibadah kita masing-masing. Memang segala bentuk amalannya sama, lapar dan dahaganya sama, namun pemaknaannya berbeda antara setiap orang. 

Bagaimana intensitas beribadah? Mungkin terlihat dari kisah puasanya Arya Panangsang. Alkisah ketika perang saudara antara Pajang dan Jipang tak terhindarkan, Sunan Kudus, sesepuh para wali memberikan ajian, resep spiritual pada Arya Panangsang jika ingin menang melawan Jaka Tinggir. Arya Panangsang harus menjalankan laku batin yang berat: berpuasa selama 40 hari empat puluh malam. Dalam tradisi Jawa disebut sebagai puasa “pati geni”. 

Singkat kata, Arya Panangsang lalu meninggalkan Jipang menuju hutan belantara yang lebat dan sepi. Di sanalah Arya Panangsang merogoh sukmanya agar bercahaya. Ia menolak segala kenikmatan dunia dengan harapan satu hal: bisa merebut kembali haknya yang dirampas Joko Tingkir. 

Arya sukses menjalankan puasa yang berat. Maka, pada hari yang keempat puluh ia pulang dengan disambut sebuah pesta besar. Layaknya pesta, berbagai makanan disertakan, termasuk juga minuman keras. Arya bagai kuda lepas dari kandang, memakan semua hidangan termasuk minuman keras. Ia menandaskan habis setiap minuman yang diberikan padanya. Semua undangan sempoyongan, termasuk Arya yang roboh di lantai. 

Berita Terkait

1 2
3
4 Selanjutnya

Topik Terkait

Saksikan Juga

05:05
01:59
02:45
02:14
01:33
04:47

Viral