- ist
Dinamika Kandidasi Pilkada Jember 2024
Sampai detik ini belum terbentuk poros koalisi permanen baik di blok petahana maupun poros koalisi penanantang. Yang muncul justru blok penantang dari jalur indipenden, pasangan Jaddin Wajads-Arismaya Parahita yang sudah mendaftar ke KPUD Jember, Minggu (12/5/2024). Itu sebabnya meski bisa diprediksi dan dipetakan, tetapi fenomina dan realitas politik ini serba dilematis dan penuh ketidakpastian. Hal itu terjadi lantaran proses 'taaruf' dan penjajakan koalisi di antara elit partai belum mencapai ‘titik temu’ dan kesepakatan sehingga fenomina politik ini memunculkan pertanyaan serta mengundang misteri dan teki-teki yang tak berkesudahan. Oleh karena itu, tahapan kandidasi melalui mekanisme penjaringan yang demokratis, transparan, dan akuntabel sejatinya dapat mendorong pelembagaan politik, serta memperkuat proses konsolidasi demokrasi yang saat ini masih dalam fase transisi. Dengan mekanisme kadindasi yang transparan tentu akan mempermudah distribusi dan alokasi kader untuk menduduki jabatan publik termasuk menjadi kepala daerah.
Ikhwal, meski partai lain masih dalam tahap penjaringan cabup-cawabup. Partai Gerindra Jember secara resmi dan final mengusung Muhammad Fawait. Tak hanya itu, Gerindra Jember juga memberikan wewenang kepada pimpinan Laskar Sholawat Nusantara (LSN) itu, untuk menentukan langkah-langkah koalisi termasuk juga perihal penentuan pasangan calon wakil bupati supaya dibicarakan dengan calon mitra koalisi. Karena itu, jika calon lain masih "berburu" rekomendasi alias tiket partai, gus Fawait sapaan akrabnya tinggal mencari kawan koalisi untuk bermitra. Tentu mitra koalisinya yang punya chemistry dan kesamaan flatform.
Yang lain sibuk berburu rekom partai, gus Fawait justru 'tancap gas' konsolidasi, gerilnya ke pelbagai lapisan masyarakat untuk memperkuat dukungan guna menuai 'berkah' elektoral. Sementara incumbent& Hendy Siswanto sepertinya juga sangat siap untuk 'bertarung' meski masih dalam tahap "berebut" alias berburu rekomendasi partai. Faktanya, pergerakan politik incumbent terus beroperasi melalui pelbagai kanal politik. Pelbagai kegiatan dan program yang bersentuhan langsung dengan kepentingan publik paling tidak dapat dikapitalisasi menjadi 'investasi' politik. Feedback-Nya tentu akan memperoleh insentif elektoral.
Meski demikian, petahana Hendy Siswanto diprediksi tak mudah melawan penantang baru Muhammad Fawait. Ia menjadi 'lawan' terberat petahana tanpa menafikan calon lain. Hemat penulis, Muhammad Fawait jauh lebih 'perkasa' baik di jagat digital maupun di publik. Elektabilitas fungsionaris Ansor Jatim itu bahkan melampaui incumbent. Basis massa pemilihnya lebih solid bahkan 'mengakar' terutama di pedasaan sebagai ceruk pemilih fanatik. Kantong-kantong pemilih gus Fawait juga tidak 'ngambang' (floating mass) sebagai penentu kemenngannya dalam setiap kompetisi elektoral. Di sisi lain, gus Fawait terbilang berhasil membangun aliansi dan kekuatan politik yang mengakar melalui komunitas Laskar Sholawat Nusantara (LSN) dan Srikandi. Itu sebabnya setiap pileg perolehan suaranya terlampau tinggi bahkan tertinggi se Jatim.
Oleh karena, meski realitas politik ini menyimpan misteri dan menyisakan pertanyaan, tetapi yang pasti, teka-teki kandidasi dan rencana pembentukan koalisi partai akan terlihat nyata ke depan setelah semua rekomendasi partai resmi turun kepada siapa partai NasDem, PKS, PKB, Golkar, dan PDI Perjuangan memberikan 'karpet merah' pada pilkada Jember 2024. Demikian juga dalam penentuan cawabup, tentu harus mempertimbangkan pelbagai aspek, popularitas, likeabilitas, dan elektabilitas. Termasuk kalkulasi politik menang-kalah dan untung-rugi. Karena sejatinya, kontestasi politik sangat ditentukan oleh kecermatan dan ketepatan dalam menentukan dan memilih sosok pendamping sebagai cawabup. Itu sebabnya, Muhammad Fawait sebagai penantang harus betul-betul cermat menentukan dan memilih calon pendamping. Dibutuhkan kombinasi sosok pendamping yang tepat dan ideal, bisa menopang logistik, dan menambah kontribusi elektoral. Sehingga maksimal mendulang suara. Pun tak perlu terburu-buru menentukan pendamping, sebab proses kandidasi wakil bisa dilakukan di saat-saat terakhir (injury time). Sementara incumbent, Hendy Siswanto tampaknya juga belum jelas calon pendampingnya. Apakah ‘berpasangan’ kembali dengan KH. Balya Firjaun Barlaman sebagai cawabup atau mencari pendamping baru? Kita tunggu kabar dan kejutan politik selanjutnya.**
*Penulis: Mochammad Thoha, Kader Muda NU & Ketua Umum Jaringan Santri Nusantara (JSN)
Artikel ini telah melalui proses editing yang dipandang perlu sesuai kebijakan redaksi tvonenews.com. Namun demikian seluruh isi dan materi artikel opini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis