- tim tvonenews
Run Stranger, Run!
Lee berhasil mentransformasi sebuah bangsa, dari dunia ketiga menjadi dunia pertama, dengan peningkatan PDB per kapita warganya salah satu yang tertinggi di dunia. Bahkan dalam kasus Singapura tentu lebih sulit karena kecilnya wilayah dan tak adanya sumber daya alam.
Yang hebat adalah persistensi warganya mempertahankan capaian-capaian itu. Lebih dari 63 tahun setelah Lee “merevolusi” budaya Singapura pada 1959 “pelayanan” untuk tamu negara tetap akurat, tertib, hampir-hampir rigid.
Saya mengikuti Singapore Marathon untuk kedua kalinya pekan lalu dan selalu takjub bagaimana mereka selalu lihai mengelola ribuan orang yang datang secara bersamaan entah di ajang olahraga, konser musik, pameran, atau konferensi.
Saat start pelari dibagi dalam kelompok-kelompok, mereka berjajar memanjang di jalanan sirkuit yang digunakan untuk ajang balap Formula 1. Saat berlari, meski melewati seluruh jalan raya di pusat kota, rute lari benar benar steril, bebas dari kendaraan yang nyelonong masuk ke arena lomba.
Dan agaknya warga menerima seluruh penutupan jalan. Tak ada protes atau suara klakson yang bising. Tak ada hardikan pengguna jalan lain ketika jalan yang seharusnya digunakan untuk mode kendaraan tapi dipakai untuk lari dalam kota.
Singapura agaknya simbol sebuah negara pengawasan yang sangat efektif.
Saat berlari saya menemukan seorang bule yang tiba tiba memotong jalur, ---mungkin karena kelelahan atau merasa tak ada petugas yang mengawasi--- tiba tiba entah dari mana ada seorang petugas muncul, menghampiri saat ia berlari dan mencoret nomor peserta di dadanya. Ia berusaha membela diri. Tapi petugas beretnis Tionghoa itu pasti tak peduli. Ia segera ngeloyor pergi.