Ricky Rizal dan Bharada E.
Sumber :
  • Kolase tvonenews.com

Dibandingkan Bharada E, Emosi Ricky Rizal Lebih Stabil dalam Merespon Perintah Ferdy Sambo

Rabu, 21 Desember 2022 - 21:29 WIB

Jakarta – Dalam persidangan kasus pembunuhan Brigadir J yang mendatangkan ahli psikologi forensik ditemukan beragam fakta menarik (21/12/2022). Bukan hanya Ferdy Sambo saja yang menjadi sorotan, Bharada E, Ricky Rizal, dan Kuat Ma’ruf pun tidak lepas dari pengamatan.

Kesempatan tersebut juga menjadi ajang bagi kuasa hukum Bharada Richard Eliezer atau Bharada E menggali keterangan dari ahli psikologi forensik Reni Kusumowardhani.

Salah satu pertanyaan yang disampaikan oleh kuasa hukum Bharada E adalah terkait kondisi kesehatan mental sang klien ketika detik-detik pembunuhan Brigadir J.

“Bagaimana analisis psikologi terhadap kejiwaan Bharada E pada detik-detik sebelum penembakan yang dilakukan terhadap Yosua, khususnya ketika saudara FS perintahkan dia dengan kata-kata ‘Woi kau tembak, cepat kau tembak di’. Bagaimana kondisi psikologis dia saat itu?” ungkap pengacara Bharada E.

Ahli psikologi forensik lantas menjelaskan bahwa kondisi psikologi Bharada E saat itu memang sedang dilanda ketakutan. Namun dalam kondisi ketakutan ini seseorang bisa merasakan kondisi emosi yang memuncak.

Sementara itu, kondisi emosi yang memuncak bisa memunculkan reaksi pada tubuh. Reni Kusumowardhani juga mengatakan bahwa reaksi emosional di otak itu dapat mengaktivitasi daerah otak lain untuk memulai sebuah aktivitas atau perilaku.

Reni juga mencontohkan ketika seseorang takut umumnya ada beberapa reaksi yang dilakukan. Misalnya beberapa orang langsung berlari, sementara yang lainnya freeze (membeku). Sedangkan jika sedang marah, seseorang bisa memukul dan lainnya.

Selain reaksi ketakutan yang luar biasa, Bharada E diketahui juga mau melakukan hal tersebut karena kondisi kepribadiannya yang belum matang.

“Di dalam hal ini dalam kondisi Richard, ketakutan yang luar biasa namun ciri kepribadiannya yang memang belum matang, keputusan perilakunya mematuhi,” ungkap ahli psikolog forensik.

Menyambung dari keterangan sebelumnya, Reni juga menambahkan bahwa Bharada E memiliki kepatuhan yang efeknya merusak.

“Ada kepatuhan yang efeknya memang merusak,” ungkap Reni Kusumowardhani.

Bharada E masuk dalam kategori korban?

Dalam kesempatan ini tim kuasa hukum Bharada E juga bertanya pada ahli psikologi forensik apakah kliennya termasuk dalam kategori korban atau tidak.

Hal ini merujuk pada Bharada E yang mengalami tekanan mental karena diperintah oleh Ferdy Sambo yang notabenenya merupakan seorang jenderal.

“Kemarin ahli krimonologi menjelaskan bahwa Bharada E masuk ke dalam kategori korban atau victim, bagaimana menurut psikolog?” tanya kuasa hukum Bharada E.

Merespon hal tersebut, Ahli Psikolog Forensik Reni Kusumowardhani menyebut bahwa Bharada E bisa menjadi korban karena adanya relasi kuasa. Namun jika berbicara dalam ranah psikologi, Bharada E ini memiliki free will atau ada keinginan bebas berkehendak.

Keinginan untuk bebas ini dimiliki oleh setiap orang termasuk Bharada E. Free will inilah yang akhirnya membedakan respon dari Ricky Rizal dan Bharada E menurut ahli psikolog forensik.

“Keinginan bebas yang menjadi milik dari masing-masing orang. Maka tadi saya sampaikan sehingga ada perbedaan antara respon dari saudara Ricky yang lebih stabil dengan respon dari saudara Richard yang respon emosinya lebih tidak stabil dibanding Ricky,” ungkap psikolog forensik.

Free will inilah yang akhirnya menjadi dasar pengambilan keputusan seseorang, apakah menuruti perintah Ferdy Sambo atau justru menolaknya. Meskipun psikolog forensik juga tidak menampik adanya ketakutan luar biasa yang dialami oleh Bharada E.

“Jika ditanya apakah situasi itu membingungkan, menakutkan, sehingga mendorong orang untuk patuh, bisa iya bisa tidak,” jelas psikolog forensik. (Lsn)

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
03:20
11:03
03:07
02:21
02:51
02:02
Viral