- AP Newsroom
Sebarkan Informasi yang Salah, Hasil Pencarian TikTok Dilaporkan
Jakarta - Aplikasi TikTok kini menjadi platform pilihan untuk video yang menarik, tetapi siapapun yang menggunakannya untuk mencari tahu tentang COVID-19, perubahan iklim, atau invasi Rusia ke Ukraina memungkinkan akan menemukan informasi yang salah, menurut laporan penelitian yang diterbitkan Rabu (14/9/22) waktu setempat.
Para peneliti di NewsGuard mencari konten tentang topik berita terkemuka di TikTok dan mereka menemukan bahwa 1 dari 5 video yang secara otomatis disarankan oleh platform berisi informasi yang salah.
Misalnya pencarian informasi tentang “vaksin mRNA”, menghasilkan lima video (dari 10 video pertama) berisi tentang informasi yang salah, termasuk mengklaim bahwa vaksin COVID-19 dapat menyebabkan “kerusakan permanen pada organ penting anak-anak.”
Para peneliti yang mencari informasi tentang aborsi, pemilu 2020, pemberontakan 6 Januari di Capitol AS, perubahan iklim atau invasi Rusia ke Ukraina di TikTok menemukan video menyimpang seperti yang tersebar di antara video yang lebih akurat.
Jumlah informasi yang salah dan kemudahan untuk menemukannya sangat meresahkan, apalagi popularitas pengguna TikTok di kalangan anak muda, menurut Steven Brill, pendiri NewsGuard, sebuah perusahaan yang memantau informasi yang salah.
TikTok merupakan aplikasi terpopuler kedua di dunia, menurut kinerja online dan perusahaan keamanan Cloudflare, hanya dilampaui oleh Google.
Steven Brill mempertanyakan apakah ByteDance, perusahaan China yang mendirikan aplikasi TikTok, mampu untuk menghentikan informasi yang salah atau apakah dengan sengaja membiarkan informasi yang salah sebagai cara untuk membuat para pengguna di AS dan negara-negara demokrasi Barat lainnya merasa kebingungan.
"Ini baik ketidakmampuan atau itu sesuatu yang lebih buruk," ucap Steven Brill ke The Associated Press, dikutip dari laman Apnews pada Kamis (15/9/22).
TikTok merilis pernyataan sebagai tanggapan atas laporan NewsGuard yang mencatat bahwa komunitasnya melarang untuk menyebarkan kesalahan informasi yang berbahaya dan berfungsi juga untuk mempromosikan konten yang berpengaruh untuk pengguna yaitu tentang topik penting seperti COVID-19.
"Kami tidak mengizinkan menyebarkan kesalahan informasi yang berbahaya, termasuk kesalahan informasi medis, dan kami akan menghapusnya dari platform," ucap ByteDance, perusahaan China yang mendirikan aplikasi TikTok, dikutip dari laman Apnews pada Kamis (15/9/22).
TikTok telah mengambil langkah lain yang kabarnya dapat mengarahkan pengguna ke sumber yang dapat dipercaya. Misalnya, pada tahun ini perusahaan membuat pusat pemilihan untuk membantu pemilih AS menemukan tempat pemungutan suara atau informasi tentang kandidat.
Platform tersebut telah menghapus lebih dari 102 juta video yang melanggar aturannya pada awal tahun 2022. Namun, hanya sebagian kecil dari mereka yang melanggar aturan dari TikTok karena menyebarkan informasi yang salah.
Para peneliti menemukan bahwa fitur pencarian TikTok sendiri tampaknya dirancang untuk mengarahkan pengguna ke infromasi palsu dalam beberapa kasus. Ketika peneliti mengetikkan kata-kata "vaksin COVID" ke dalam fitur pencarian, misalnya, fitur tersebut menyarankan pencarian pada kata-kata kunci termasuk "vaksin COVID terpapar" dan "luka vaksin COVID".
Akan tetapi, ketika pencarian yang sama dilakukan di Google, fitur pencarian itu akan menyarankan pencarian yang berkaitan dengan informasi yang lebih akurat tentang klinik vaksin, berbagai jenis vaksin, dan vaksin booster.
Meningkatnya pengguna TikTok telah menarik perhatian pejabat negara bagian dan anggota parlemen federal, beberapa di antaranya telah menyatakan keprihatinan tentang privasi dan keamanan datanya.
Komite Keamanan Dalam Negeri dan Urusan Pemerintah Senat akan mengadakan sidang pada Rabu (14/9/22) waktu setempat, mengenai dampak media sosial terhadap keamanan negara. Chief Operating Officer TikTok, Vanessa Pappas, akan bersaksi bersama perwakilan dari YouTube, Twitter, dan Meta, yang memiliki Instagram dan Facebook. (MG5/ree)