- Dok.Wikipedia
Perisai Jenderal Nasution, di Pusara Itu Tertulis: Anak Saya yang Tercinta, Engkau Telah Mendahului Gugur Sebagai Perisai Ayahmu
Foto: Kapten Pierre Tendean (Wikpedia - IG @pierresangpatriot)
Ketika terjadi upaya penculikan terhadap Jenderal Nasution oleh G30S PKI, Pierre tidak sedang menjalankan piket sebagai ajudan. la telah menyerahkan tugas piket pada hari itu kepada Komisaris Polisi Hankam Mansyur.
Akan tetapi karena inisiatifnya sendiri ketika mendengar serentetan tembakan yang ditujukan kepada Jenderal Nasution, ia segera mengambil jaket dan senjatanya, kemudian keluar. Akibatnya ia ditangkap dan dibawa oleh gerombolan penculik, karena disangka Jenderal Nasution.
Tindakan spontan Lettu Pierre Tendean sebagai ajudan itu secara tidak langsung telah menyelamatkan jiwa Menko Hankam KASAB Jenderal Nasution dari upaya pembunuhan kelompok G30S PKI.
Pada tanggal 4 Oktober 1965, usai pusat komando G30S PKI di kawasan Lubang buaya direbut oleh pasukan RPKAD dan Kostrad, proses pengangkatan jenazah para korban penculikan kemudian dilakukan.
Pada pukul 12.00, pertama kali berhasil dinaikkan jenazah Lettu. Pierre Tendean, Ajudan Jenderal Nasution. Pada jam 13.40 menyusul jenazah Mayor Jenderal Suprapto dan Mayor Jenderal S. Parman.
Foto: Dokumentasi Film Pengkhianata G30S PKI, Suasana pengangkatan jenazah di Lubang Buaya
Pada jam 13 .50, jenazah Letjen. A. Yani yang diikat menjadi satu dengan Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomiharjo, serta jenazah Mayor Jenderal Haryono MT. Dan akhirnya, pada jam 14.10 berhasil diangkat jenazah Brigadir Jenderal DJ. Panjaitan.
Dari urut-urutan pengangkatan jenazah itu tampaklah bahwa Lettu. Pierre Tendean merupakan perwira yang paling akhir dilemparkan ke dalam sumur maut itu oleh pelaku G30 S PKI.