- Dok.Salim Said dan Wikipedia
Setelah Melakukan Pembantaian di Sulawesi Selatan, Begini Nasib Kapten Westerling Dimasa Tuanya
Awal musim panas pada Juni 1970 mulai menghangati kota Amsterdam Belanda, pria tua itu tetap melanjutkan kehidupannya seperti biasa. Tubuhnya masih kekar dan berotot, diusianya yang ke 51 tahun.
Pria itu adalah Kapten Raymond Pierre Paul Westerling, atau Kapten Westerling, sosok yang "melegenda" sebagai pembunuh 40 ribu jiwa di Sulawesi Selatan, ia menghabiskan sisa hidupnya di kota Amsterdam.
“Di sini saya tersisih dan dianggap aib yang memalukan orang Belanda.” kata Westerling dengan nada sedih kepada Salim Said, jurnalis senior yang juga sejarawan dan saksi sejarah pembantaian Westerling di Sulawesi Selatan.
Foto: Kapten Westerling saat perpisahan di Mattoangin, 3 Maret 1947 (Dok. Maarten Hidskes)
Waktu memang telah berlalu begitu lama, 23 tahun silam, ketika Kapten Westerling memimpin pasukan khusus Belanda Depot Speciale Troepen atau DST melakukan serangkaian pembantaian warga di Sulawesi Selatan, pada kurun waktu 11 Desember 1946 hingga 3 Maret 1947.
"Pada umumnya orang Belanda mengenang Westerling dengan rasa malu.Namun, di Sulawesi Selatan nama perwira pasukan khusus Belanda itu masih memerlukan waktu lama lagi sebelum mungkin menghilang dari ingatan orang banyak." tulis Salim Said dalam bukunya "Dari Gestapu ke Reformasi" Serangkaian Kesaksian.
Salim Said menuturkan, tidak terlalu mudah bisa menemukan kontak Westerling. Pada umumnya orang Belanda yang mungkin mengetahui alamatnya menghindar berbagi alamat dengan berbagai macam alasan.
“Buat apa jumpa pembunuh itu,” kata seseorang.
“Westerling mestinya sudah lama mati, agar kami tidak terus diingatkan oleh tindakannya yang memalukan di Indonesia dulu,” kata yang lainnya.
Baca Juga: Tentang Pembantaian 40 Ribu Jiwa di Sulawesi Selatan, Kapten Westerling pun Tertawa
Dari berbagai orang itu Salim juga mendapat sejumlah cerita yang tidak menggembirakan tentang kehidupan Westerling selepas petualangannya di Indonesia.
"Dia pernah mencoba menjadi penyanyi opera, tapi tidak berhasil. Pernah mencoba menjadi penulis, juga tidak berhasil. Hidup perkawinannya juga gagal. Dia hidup dalam lingkungan para bekas tentara Belanda yang pernah bersama dirinya di Indonesia dulu." ungkap Salim Said.
Pelarian Westerling dari Indonesia