- Wikipedia
Ditanya Tentang Pembantaian 40 Ribu Jiwa di Sulawesi Selatan, Kapten Westerling pun Tertawa
Westerling memang tidak selalu hadir pada setiap momen pembantaian. Tetapi ia yang memerintahkan langsung pembunuhan itu.
“Dalam kemiliteran,kita hanya diperintahkan, tapi kitalah yang memutuskan bagaimana menjalankan perintah itu. Operasi-operasi itu berjalan sendiri-sendiri dan saya bertanggung jawab atas semua kejadian.” ungkap Westerling pada Salim Said.
Di Parepare, misalnya, penembakan kabarnya dipimpin oleh Pembantu Letnan Van der Muilen, salah seorang anak buah Westerling. Di Parepare, 23 orang ditembak di stasiun kendaraan umum.
Sebelum ditembak, para partisan Parepare ini terlebih dahulu ditahan pada rumah tahanan militer (asrama Polisi Militer sekarang).
Foto: Westerling ketika memimpin parade pada perayaan ulang tahun Ratu Juliana di Batavia. (Wikipedia)
Salah seorang dari 23 partisan itu adalah Makkarumpa Daeng Parani yang tiga putranya ikut berjuang melawan Belanda. Satu ke Jawa, dua lainnya di Sulawesi Selatan.
Di kemudian hari, dua dari tiga putranya itu menjadi pejabat penting di Sulawesi Selatan. Satu menjadi Wali Kota Parepare (Andi annaungi),yang lainnya menjadi Gubernur Sulawesi Selatan (Brigjen TNI Andi Oddang).
Secara resmi korban penjagalan Wes terling mencapai 40.000 jiwa. Tapi, usaha pelacakan yang dilakukan oleh Drs.Andi Makmur Makka, M.A. pada 1970 sulit menemukan jejak kematian lebih dari 3.000 jiwa.
"Sejarahwan Dr. Anhar Gonggong menyebut angka sekitar 10.000, Tapi, itu memang tidak semuanya korban Wester ling.” tulis Salim Said.
Alasan Westerling Membunuh
Dalam cacatan Salim Said, sejumlah alasan menjadi dasar dibalik fakta pembantaian yang dilakukan Kapten Westerling.
Salah satu alasan pembantaian Westerling tersebut disebutnya sebagai kebijakan Pemerintah Kolonial Belanda dalam menyiapkan pembentukan Negara Indonesia Timur (NIT).
Negara bagian NIT adalah satu dari sejumlah negara bagian bentukan Van Mook, untuk menunjukkan bahwa Republik Indonesia yang berpusat di Yogyakarta tidak mewakili aspirasi seluruh penduduk Hindia Belanda.
Foto: Pemakaman Kapten Westerling pada 1987 (Wikipedia)
Belanda menggunakan berbagai cara, mereka ingin menunjukkan bahwa semua penduduk Indonesia Timur, terutama Sulawesi Selatan, mendukung proyek NIT. Namun itu bukanlah sesuatu yang mudah.
Sulawesi Selatan seperti menjadi duri dalam daging bagi proyek NIT tersebut. Para pejuang dari Bugis, Makassar dan Mandar punya sejarah panjang perlawanan melawan belanda di Nusantara yang tak pernah padam.