- istimewa
Verrell Bramasta: Riset Tanpa Hilirisasi Adalah Mimpi yang Tidak Pernah Bangun
"Saya mengusulkan 'Innovation Scoreboard' yang tidak hanya mengukur paper atau paten terdaftar, tapi berapa inovasi yang benar-benar digunakan industri, berapa lapangan kerja tercipta, berapa nilai ekonomi yang dihasilkan. Itu ukuran kesuksesan riset sesungguhnya," paparnya.
Digitalisasi sebagai Benteng Warisan Ilmiah
Perhatian khusus diberikan pada Herbarium Bogoriense, pusat penyimpanan spesimen tumbuhan terbesar di Asia Tenggara dengan koleksi lebih dari 2 juta spesimen. Namun, baru 30% koleksi yang terdigitalisasi.
Verrell menekankan urgensi digitalisasi menyeluruh dan sistem backup berlapis.
"Bayangkan jika terjadi bencana. Tanpa digitalisasi memadai, kerusakan spesimen fisik berarti hilangnya warisan ilmiah Indonesia selamanya. Teknologi harus menjadi benteng perlindungan pengetahuan kita," ujarnya.
Ia mengusulkan alokasi anggaran khusus untuk digitalisasi masif dengan target 100% koleksi terdigitalisasi dalam tiga tahun.
"Database digital yang terstruktur bisa menjadi aset ekonomi. Perusahaan farmasi, industri kosmetik, bahkan game developer membutuhkan data biodiversitas. Kenapa kita tidak memanfaatkan ini sebagai sumber pendapatan riset kita sendiri?"
Kunjungan ini menegaskan komitmen Komisi X DPR RI untuk mengawal kebijakan riset dan inovasi agar berdampak nyata bagi pembangunan nasional.
"Teknologi adalah jembatan antara apa yang kita miliki dan apa yang kita cita-citakan. Tugas kita memastikan jembatan itu kokoh dan benar-benar menghubungkan riset dengan masa
depan Indonesia yang lebih maju, sejahtera, dan berdaulat secara ilmu pengetahuan," pungkasnya. (aag)