news

Daerah

Bola

Sport

Gaya Hidup

Video

Tvone

Verrell Bramasta: Riset Tanpa Hilirisasi Adalah Mimpi yang Tidak Pernah Bangun.
Sumber :
  • istimewa

Verrell Bramasta: Riset Tanpa Hilirisasi Adalah Mimpi yang Tidak Pernah Bangun

Anggota Komisi X DPR RI, Verrell Bramasta, bersama jajaran Komisi X melakukan Kunjungan Kerja ke Kawasan Sains dan Teknologi (KST) Soekarno, milik BRIN
Jumat, 26 Desember 2025 - 18:56 WIB
Reporter:
Editor :

Jakarta, tvOnenews.com - Anggota Komisi X DPR RI, Verrell Bramasta, bersama jajaran Komisi X melakukan Kunjungan Kerja ke Kawasan Sains dan Teknologi (KST) Soekarno, milik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), pada Rabu (3/12/2025). 

Kunjungan ini bertujuan mendalami ekosistem riset nasional, mengidentifikasi tantangan hilirisasi inovasi, dan merumuskan langkah konkret pelestarian kekayaan ilmiah Indonesia di era digital.

Verrell meninjau berbagai fasilitas riset yang menjadikan KST Soekarno kerap disebut sebagai "Silicon Valley-nya riset hayati Indonesia" mulai dari laboratorium genomik, fasilitas kultur jaringan, biobank, greenhouse biodiversitas, hingga ruang uji prototipe teknologi.
 
“Dari luar mungkin terlihat seperti kawasan riset pada umumnya, tetapi ketika masuk ke dalam, suasana kerja dan semangat keilmuannya langsung terasa. Tempat ini bukan sekadar laboratorium, melainkan ruang di mana gagasan dan riset untuk masa depan Indonesia dikembangkan,” ujar Verrell. 

Ia menilai, dari sisi infrastruktur, Indonesia pada dasarnya telah memiliki modal yang memadai untuk berkembang sebagai kekuatan riset bioteknologi dan biodiversitas di kawasan Asia.
 
"Kita punya biodiversitas yang kaya. Kita punya peneliti brilian. Kita punya fasilitasnya. Tapi pertanyaannya: kenapa inovasi kita belum terasa dampaknya di kehidupan masyarakat? Kenapa produk inovatif BRIN belum mengisi pasar kita? Di sinilah letak pekerjaan rumah kita," tegasnya.

Verrell menyoroti tajam bahwa hilirisasi riset nasional masih jauh dari optimal. Berdasarkan data yang dipaparkan, BRIN menghasilkan 539 kekayaan intelektual pada 2024, namun sebagian besar belum dilisensikan atau dimanfaatkan industri.
 
"Menurut saya masih ada hal mendasar yang perlu kita dorong dan perkuat dalam ekosistem inovasi kita. Riset yang kuat akan kehilangan seluruh maknanya apabila tidak mampu menjembatani dunia akademik dengan kebutuhan nyata industri. Ini seperti memiliki peta harta karun lengkap tapi tidak pernah menggali hartanya," ungkap Verrell dengan analogi tajam.

Ia mendorong BRIN menyusun skema pilot hilirisasi yang terukur, dengan target konkret: setiap fasilitas riset harus menghasilkan minimal satu output siap industri per tahun baik prototipe teknologi, benih unggul, biomaterial, hingga kandidat obat. 

"Saya mengusulkan 'Innovation Scoreboard' yang tidak hanya mengukur paper atau paten terdaftar, tapi berapa inovasi yang benar-benar digunakan industri, berapa lapangan kerja tercipta, berapa nilai ekonomi yang dihasilkan. Itu ukuran kesuksesan riset sesungguhnya," paparnya. 

Digitalisasi sebagai Benteng Warisan Ilmiah 

Perhatian khusus diberikan pada Herbarium Bogoriense, pusat penyimpanan spesimen tumbuhan terbesar di Asia Tenggara dengan koleksi lebih dari 2 juta spesimen. Namun, baru 30% koleksi yang terdigitalisasi. 

Verrell menekankan urgensi digitalisasi menyeluruh dan sistem backup berlapis. 

"Bayangkan jika terjadi bencana. Tanpa digitalisasi memadai, kerusakan spesimen fisik berarti hilangnya warisan ilmiah Indonesia selamanya. Teknologi harus menjadi benteng perlindungan pengetahuan kita," ujarnya.
 
Ia mengusulkan alokasi anggaran khusus untuk digitalisasi masif dengan target 100% koleksi terdigitalisasi dalam tiga tahun. 

"Database digital yang terstruktur bisa menjadi aset ekonomi. Perusahaan farmasi, industri kosmetik, bahkan game developer membutuhkan data biodiversitas. Kenapa kita tidak memanfaatkan ini sebagai sumber pendapatan riset kita sendiri?"

Kunjungan ini menegaskan komitmen Komisi X DPR RI untuk mengawal kebijakan riset dan inovasi agar berdampak nyata bagi pembangunan nasional.
 
"Teknologi adalah jembatan antara apa yang kita miliki dan apa yang kita cita-citakan. Tugas kita memastikan jembatan itu kokoh dan benar-benar menghubungkan riset dengan masa 
depan Indonesia yang lebih maju, sejahtera, dan berdaulat secara ilmu pengetahuan," pungkasnya. (aag)

Berita Terkait

Topik Terkait

Saksikan Juga

00:57
01:35
01:23
02:19
03:49
15:06

Viral