- istimewa
Porfil Singkat Gembong Narkoba 2 Ton Sabu Senilai Rp5 Triliun, Dewi Astutik Bagian Jaringan Golden Triangle
Jakarta, tvOnenews.com - Dewi Astutik, belakangan ini namanya mencuat, karena ia merupakan gembong narkoba jenis sabu 2 ton senilai Rp5 Triliun. Bahkan, baru-baru ini, Dewi Astutik dibekuk BNN, di Sihanoukville, Kamboja.
Setelah dibekuk BNN RI, Kepala BNN, Komjen Suyudi Ario Seto bocorkan peran gembong narkoba jenis sabu 2 ton senilai Rp 5 triliun, Dewi Astutik.
Kata Kepala BNN, Komjen Suyudi Ario Seto, Dewi Astutik selama ini memiliki peran sebagai perekrut dari jaringan perdagangan narkotika Asia-Afrika.
Menurutnya, Dewi juga menjadi DPO (daftar pencarian orang) negara Korea Selatan.
- ist
"Dewi merupakan rekrutmen dari jaringan perdagangan narkotika Asia Afrika dan juga menjadi dari negara Korea Selatan,” ungkapnya kepada wartawan Selasa (2/12/2025).
Komjen Suyudi menuturkan Dewi ditangkap bersama seorang pria di area lobi hotel.
Penangkapan aktor utama penyelundupan dua ton sabu senilai Rp5 triliun itu terjadi pada Senin (1/12/2025).
“Dewi ditangkap berada dalam kendaraan Toyota Prius berwarna putih setelah keluar dari salah satu hotel di Sihanoukville, Kamboja," ungkapnya.
"Target berhasil ditangkap ketika sedang bersama dengan seorang laki-laki,” lanjutnya menjelaskan.
Selain itu, Dewi Astutik masuk dalam jaringan Golden Triangle dan Golden Crescent. Jejaring ini diketahui beraktivitas dalam pengambilan dan distribusi narkotika berbagai jenis, termasuk kokain, sabu, dan ketamin, menuju Asia Timur dan Asia Tenggara.
Berdasarkan hasil analisis, selain Dewi terdapat nama lainnya seperti gembong narkoba lain yakni Freddy Pratama.
Kemudian, Kepala BNN itu menjelaskan alasan Dewi sulit ditangkap karena sering pindah dari negara ke negara lain.
Seusai diamankan, Dewi dipindahkan ke Phnom Penh untuk proses verifikasi identitas dan penyerahan resmi antarotoritas.
Dewi Astutik dipulangkan ke Indonesia melalui Bandara Soekarno-Hatta, Selasa (2/12/2025) sore.
Setiba di Indonesia, Dewi Astutik akan menjalani pemeriksaan intensif untuk mengungkap alur pendanaan, logistik, dan pihak-pihak yang terlibat dalam jaringan internasional yang beroperasi ke sejumlah negara.
Lantas, siapa sebenarnya sosok Dewi Astutik?
Berdasarkan data dari BNN, Dewi Astutik merupakan wanita kelahiran Ponorogo, Jawa Timur, pada 8 April 1983. Saat ditangkap, ia berumur 42 tahun.
Berdasarkan data Kartu Tanda Penduduk, Dewi Astutik berdomisili di Dusun Sumber Agung, Desa/Kecamatan Balong, Ponorogo.
Fakta ini dibenarkan oleh Kepala Dusun Sumber Agung, Gunawan.
Gunawan mengakui foto sosok perempuan yang menjadi buronan itu adalah warganya.
Namun bukan Dewi Astutik, identitas nama aslinya berinisial PA.
Diduga ia memalsukan identitas dengan milik seorang anggota keluarganya.
“Nama Dewi Astutik tidak ada. Tetapi alamat itu memang warga sini. Fotonya juga kenal," ungkapnya.
Gunawan jelaskan, yang bersangkutan memang sudah lama pamit kerja ke luar negeri.
Dewi Astutik sudah pindah-pindah negara.
"Ia pernah bekerja di Hongkong dan Taiwan, dan terakhir ini katanya di Kamboja,” jelasnya.
Dilansir dari bnn.go.id, kasus yang melibatkan Dewi Astutik terjadi pada Mei 2025 lalu.
- istimewa
Tim gabungan dari BNN dan TNI-Polri menghentikan Kapal Motor Sea Dragon Tarawa di perairan Kepulauan Riau, pada Rabu (21/5/2025), pukul 00.05 WIB.
Pada saat penggeledahan, Tim Gabungan menemukan 31 (tiga puluh satu) kardus berwarna cokelat berbungkus plastik bening berisi puluhan bungkus plastik kemasan teh Guanyinwang warna hijau.
Bungkusan tersebut berisi serbuk kristal yang diduga mengandung narkotika jenis sabu.
Selain itu, Tim Gabungan juga menemukan 36 (tiga puluh enam) kardus berwarna cokelat pada tangki bahan bakar bagian bawah kapal.
Sehingga total keseluruhan barang bukti yang ditemukan di kapal Sea Dragon Tarawa berjumlah 67 (enam puluh tujuh) kardus berisi 2.000 (dua ribu) bungkus sabu dengan total berat 2 toh.
Dalam pengungkapan kasus ini diamankan enam orang tersangka yang terdiri dari empat orang warga negara Indonesia (WNI), yakni HS, LC, FR, dan RH.
Sementara ada dua warga negara asing (WNA) asal Thailand, berinisial WP dan TL.
Belakangan nama Dewi Astutik muncul karena diduga tiket dari tangan tersangka dipesan orang yang berhubungan dengan Dewi Astutik.
Selain itu, Dewi Astutik diketahui telah bergabung dengan jaringan narkoba internasional, Golden Triangle.
Dalam organisasi itu, Dewi Astutik memiliki peran signifikan dalam hal peredaran narkoba.
Ia merupakan pemimpin sekaligus perekrut kurir-kurir yang kebanyakan berasal dari Indonesia.
Jajak Singkat aringan Golden Triangle
Golden Triangle atau dalam Bahasa Indonesianya berarti Segitiga Emas mengacu pada negara Thailand, Laos, dan Myanmar.
Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Narkoba dan Kejahatan (UNODC) melaporkan pada Mei 2025, produksi dan perdagangan gelap narkoba sintetis dari Segitiga Emas telah meningkat secara eksponensial beberapa tahun terakhir.
Pertumbuhan pesat ini telah menyebabkan rekor jumlah penyitaan metamfetamin di Asia Timur dan Tenggara, dengan total 236 ton, menandai peningkatan 24 persen dibandingkan tahun 2023.
"236 ton tersebut hanya mewakili jumlah yang disita, sebenarnya jauh lebih banyak metamfetamin yang masuk ke pasar," ujar Benedikt Hofmann, Pelaksana Tugas Perwakilan Regional UNODC untuk Asia Tenggara dan Pasifik, dikutip dari unodc.org.
"Meskipun penyitaan ini sebagian mencerminkan keberhasilan upaya penegakan hukum, kami jelas melihat tingkat produksi dan perdagangan metamfetamin yang belum pernah terjadi sebelumnya dari Segitiga Emas, khususnya Negara Bagian Shan (Myanmar)," tambahnya.
Benedikt menyebut, meningkatnya perdagangan narkoba karena krisis yang sedang berlangsung di Myanmar.
"Kombinasi konflik dan stabilitas ini telah menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi perluasan produksi narkoba, yang berdampak pada negara-negara di kawasan ini dan sekitarnya," katanya.
Di saat yang sama, kelompok-kelompok penyelundup narkoba transnasional semakin memanfaatkan rute-rute perdagangan yang baru muncul untuk menghindari deteksi penegak hukum.
“Rute perdagangan manusia yang menghubungkan Kamboja dengan Myanmar, terutama melalui Republik Demokratik Rakyat Laos, telah berkembang pesat,” tambah Inshik Sim, Analis Utama Kantor Regional UNODC untuk Asia Tenggara dan Pasifik.
“Koridor lain yang semakin signifikan melibatkan rute perdagangan manusia laut yang menghubungkan Malaysia, Indonesia, dan Filipina, dengan Sabah di Malaysia sebagai pusat transit utama," lanjutnya.
Kelompok-kelompok ini telah menunjukkan kelincahan yang luar biasa dalam merespons tekanan penegak hukum, sebagaimana dibuktikan oleh meluasnya lokasi produksi ketamin dan bahan kimia prekursor terkait, yang kini telah menjangkau sebagian besar negara-negara di hilir Sungai Mekong.
Baru-baru ini, pihak berwenang di Vietnam membongkar sebuah fasilitas berskala industri pada Maret 2025.
Contoh lain adalah meningkatnya produksi ilegal produk farmasi, terutama etomidate dan analognya, yang dirancang untuk menghindari pengawasan zat-zat baru.
Laporan ini juga menggarisbawahi meningkatnya penggunaan teknologi di seluruh rantai kejahatan terkait narkoba, mulai dari perencanaan, koordinasi, dan pelaksanaan perdagangan hingga transaksi keuangan dan pencucian uang yang terkait dengan perdagangan narkoba sintetis.
"Dengan melonjaknya produksi dan perdagangan narkoba sintetis di kawasan ini, sebagian besar negara melaporkan peningkatan penggunaan metamfetamin dan ketamin secara keseluruhan," ujar Hofmann.
"Namun, di beberapa negara, kami melihat penurunan jumlah pengguna narkoba muda yang dirawat di fasilitas perawatan, yang mungkin disebabkan oleh kampanye pencegahan penyalahgunaan narkoba yang menyasar populasi muda," tambahnya.
"Peningkatan investasi dalam strategi pencegahan dan pengurangan pasokan akan menjadi kunci bagi kawasan ini." beber Hofmann. (aag)