- Bajo Winarno
Belajar dari China: Pusat Kajian Asia Tenggara dan Bunga bunga Kapuk yang Bermekaran
Kami lalu diajak berkeliling ke ruang ruang pusat kajian tersebut. Ia memamerkan buku buku dan jurnal yang terpanjang rapi di sebuah meja kaca. “Kami juga memiliki konferensi yang rutin untuk mengedepankan isu Asia Tengara,” ujar Ken Sen.
Saya hanya menangkap sedikit pernyataan Ken Sen karena sibuk melihat pernak pernik benda di ruangan itu. Pada sebuah dinding ada sebuah peta Asia Tengara cukup besar. Sebuah garis garis pada peta menunjukkan bagaimana hubungan bangsa bangsa di Asia Timur ini telah terjalin ratusan tahun sebelumnya dengan China. Pusat Studi Asia Tenggara di SCNU hanya salah satu dari tiga lembaga kajian internasional dan kewilayahan yang dimiliki lembaga Pendidikan yang memiliki staf pengajar sekitar 5.500 orang, dengan 2.600 dosen tetap dan 1.400 profesor atau associate professor. SCNU ternyata juga memiliki Pusat Studi Oriental untuk studi komprehensif mengenai peradaban, budaya, bahasa masyarakat di wilayah Timur (mencakup Timur Tengah dan Asia Timur, Selatan, dan Tenggara). Selain itu SCNU juga memiliki Pusat Studi Hong Kong dan Makau.
Demikian, jika China sekarang memimpin dalam geopolitik dan ekonomi di dunia, sebenarnya melalui proses panjang dan terencana yang dilakukan kalangan akademik dan perguruan tingginya terlebih dahulu. Pusat pusat kajian kewilayahan bertumbuh subur di berbagai universitas di China. Pusat Kajian Asia Tenggara di SCNU ini misalnya berfungsi sebagai jembatan akademik yang mendukung ekspansi politik dan ekonomi China melalui penelitian strategis, diplomasi budaya, dan konsultasi kebijakan.
Keterangan: Pemimpin Redaksi tvOnenews.com Ecep S Yasa
Pusat-pusat ini misalnya menyediakan analisis ekonomi yang mendukung BRI (Belt and Road Initiative), sebuah inisiatif global yang diluncurkan oleh China pada tahun 2013. Kebijakan ini ingin menghubungkan China dengan negara-negara lain melalui pembangunan infrastruktur, seperti jalan, rel kereta api, pelabuhan, dan jaringan digital.
SCNU, misalnya, membangun delapan basis riset di tujuh negara Asia Tenggara untuk pertukaran ilmu pengetahuan, pelatihan talenta, dan layanan konsultasi yang memperkuat hubungan industri-universitas-pemerintah. Hasil riset ini membantu perusahaan China memahami pasar lokal, mengurangi risiko investasi, dan mempromosikan proyek seperti pelabuhan serta kereta cepat, sehingga mempercepat ekspansi ekonomi.