- Instagram @bundasrihartati
Suasana Haru di Karanganyar: Istri Wiranto Dimakamkan Sederhana, Ungkapan Sang Jenderal Bikin Pelayat Menangis
Karanganyar, tvOnenews.com – Suasana haru menyelimuti kompleks pemakaman keluarga Astono Wukir Sirna Raga, Delingan, Karanganyar, Senin (17/11/2025). Rugaiya Usman, atau akrab disapa Uga Wiranto, istri dari Penasihat Khusus Presiden Bidang Politik dan Keamanan Jenderal (Purn) Wiranto, dimakamkan dalam prosesi yang berlangsung khidmat dan sederhana.
Tidak ada protokol khusus, upacara kenegaraan, atau kehadiran tamu VIP. Pemakaman berjalan apa adanya, hanya dihadiri keluarga, sahabat dekat, para relawan, serta sejumlah anggota TNI. Kesederhanaan itu justru menambah kuat suasana syahdu saat jenazah tiba sekitar pukul 09.30 WIB sebelum disalatkan.
Di hadapan para pelayat, Wiranto memberikan sambutan singkat namun sarat makna. Dengan suara bergetar, ia menggambarkan sosok almarhumah sebagai pribadi yang lembut dan penuh perhatian.
“Kami tidak pernah lupa bagaimana sosok seorang ibu, seorang Oma, dari Uga Wiranto ini. Beliau tidak pernah marah, selalu memperhatikan orang lain, selalu tersenyum. Ngerasani orang saja tidak pernah,” ujar Wiranto mengutip dari Detikjateng.
Ungkapan itu membuat banyak pelayat menunduk, menahan haru. Uga dikenal sebagai figur yang sangat aktif dalam kegiatan sosial dan keagamaan. Menjelang akhir hayatnya, ia konsisten mengikuti majelis taklim dan terlibat dalam berbagai aktivitas dakwah.
Tak hanya itu, kontribusi Uga di bidang pendidikan juga menjadi warisan berharga. Di Gorontalo, ia membangun sebuah sekolah yang terinspirasi dari konsep pendidikan Taruna Nusantara di Magelang. Sekolah tersebut kini melahirkan banyak peserta didik berdisiplin tinggi dan berkarakter kuat.
“Beliau membangun sekolah yang menghasilkan anak didik luar biasa, disiplin, berdedikasi, dan paham bagaimana menjadi warga negara yang baik,” tambah Wiranto.
Pernikahan Wiranto dan Uga dikaruniai tiga orang anak serta sembilan cucu. Dalam sambutannya, sang jenderal menegaskan bahwa keluarga menerima dengan ikhlas kepergian almarhumah.
“Saya sebagai suami, kepala keluarga, kita ridho. Semoga keridhoan ini mengantar almarhumah menuju surga, menghadap Yang Maha Kuasa, wafat dalam khusnul khatimah,” ucapnya.
Wiranto juga meminta masyarakat yang pernah berinteraksi dengan sang istri untuk memaafkan jika ada kesalahan almarhumah semasa hidup. Ia menegaskan bahwa pintu keluarga selalu terbuka bila ada hal yang perlu disampaikan, namun ia berharap semuanya dapat diikhlaskan.
Usai prosesi pemakaman, keluarga akan menggelar rangkaian doa dan Khataman Al-Qur’an di tiga lokasi: makam keluarga di Karanganyar, rumah di Solo, dan kediaman di Jakarta. Acara berlangsung selama tiga hari dan digelar sederhana, mengikuti keinginan keluarga.
“Selama tiga hari akan ada khataman Al-Qur’an di makam ini dan tahlilan di Solo. Di Jakarta juga ada acara serupa, tetapi terbatas karena selama tiga hari kami berada di sini,” tutup Wiranto.
Pemakaman Uga Wiranto meninggalkan pesan kuat tentang keteladanan, kesederhanaan, dan dedikasi seorang perempuan yang selama hidupnya mengabdikan diri untuk keluarga, masyarakat, dan dunia pendidikan. Suasana pemakaman yang tenang dan penuh doa menggambarkan betapa dalamnya jejak yang ia tinggalkan. (nsp)