- Aldi Herlanda/tvOnenews.com
Pakar Psikologi soal Siswa Pelaku Ledakan SMAN 72: Anak Pendiam Bisa Menyimpan Ledakan Emosi
Ia juga menyoroti potensi pengaruh konten digital terhadap perilaku anak. “Sekarang anak bisa belajar apa saja lewat internet dan YouTube. Jika tidak ada pengawasan, mereka bisa meniru hal-hal berbahaya tanpa memahami risikonya,” jelas Fathihah.
Deteksi Dini dan Peran Lingkungan
Kasus ini, menurut para pakar, harus menjadi peringatan keras bagi dunia pendidikan Indonesia. Sekolah dan orang tua perlu lebih peka terhadap perubahan sikap anak, terutama yang cenderung pendiam, tertutup, atau menunjukkan kemarahan terpendam.
“Anak pendiam belum tentu baik-baik saja. Bisa jadi itu bentuk penarikan diri atau cara dia menyembunyikan rencana tertentu. Pendekatan psikologis harus dilakukan lebih dari satu-dua kali pertemuan. Kita perlu memahami latar belakang keluarga dan kondisi mentalnya secara menyeluruh,” ungkap Fathihah.
Fathihah menegaskan, penanganan psikologis pascakejadian ini harus komprehensif, tidak hanya bagi pelaku tetapi juga bagi korban dan teman-temannya. “Anak-anak lain juga bisa trauma. Ini momen penting untuk memperkuat dukungan psikososial di sekolah,” tutupnya.
Kasus bom rakitan SMAN 72 kini menjadi refleksi penting: bahwa bahaya terbesar di lingkungan pendidikan bukan hanya soal keamanan fisik, tetapi juga ledakan emosional yang lahir dari anak-anak yang tak pernah benar-benar didengar. (nsp)