- Istimewa
Makna Tulisan Misterius Senjata yang Ditemukan di Masjid SMAN 72 Kelapa Gading: Ada Nama Brenton Tarrant!
tvOnenews.com - Perkembangan terbaru dari kasus ledakan di SMAN 72 Jakarta, Kelapa Gading, Jakarta Utara, masih menjadi sorotan.
Dari hasil olah tempat kejadian perkara, aparat kepolisian menemukan sebuah benda mirip senjata api berwarna hitam di lokasi yang berdekatan dengan masjid sekolah tersebut.
Namun setelah dilakukan pemeriksaan mendalam, benda itu ternyata adalah senjata mainan.
Meski bukan senjata sungguhan, temuan itu tetap menimbulkan tanda tanya besar.
Sebab, pada permukaan senjata tersebut terdapat tulisan-tulisan misterius yang mengarah pada simbolisme ekstremisme dan kekerasan berbasis ideologi.
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo pun mengonfirmasi hal tersebut saat memberikan keterangan di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (7/11).
- Istimewa
“Kita temukan jenis senjatanya senjata mainan, ada tulisan-tulisan tertentu, dan itu juga menjadi bagian yang kita dalami untuk mendalami motif bagaimana yang bersangkutan kemudian merakit dan kemudian melaksanakan aksinya,” ujar Listyo kepada wartawan.
Dari hasil pemeriksaan awal, polisi menemukan beberapa nama dan kata-kata yang sudah dikenal luas dalam lingkaran ideologi ekstrem kanan global.
Di antaranya adalah Brenton Tarrant, Luca Traini, dan Alexandre Bissonnette, tiga nama yang memiliki sejarah kelam sebagai pelaku serangan berdarah bermotif rasisme dan kebencian terhadap umat Muslim.
Nama Brenton Tarrant tertulis jelas di bagian badan senjata.
Ia adalah pelaku penembakan brutal di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru, pada tahun 2019, yang menewaskan 51 jamaah.
Aksi keji itu dilakukan secara siaran langsung dan disertai manifesto yang sarat dengan ide supremasi kulit putih.
Nama ini kemudian menjadi simbol teror di kalangan ekstremis neo-Nazi.
Sementara itu, tulisan “Luca Traini” mengacu pada pelaku penembakan bermotif rasis di Italia pada tahun 2018.
Ia menyerang sejumlah imigran asal Afrika di Kota Macerata, Italia, sebagai bentuk “balas dendam” atas kejahatan kriminal yang menimpa warga lokal.
Dalam dunia kelompok ekstrem kanan Eropa, Luca Traini dianggap “pahlawan” atas aksinya, padahal ia jelas melakukan tindak teror terhadap kelompok minoritas.