- ANTARA
UE Tegaskan Rusia Tak Bisa Disamakan dengan AS soal Uji Coba Nuklir, Sindir Moskow Pilih Perang Bukan Damai
Eropa, tvOnenews.com - Uni Eropa (UE) menegaskan bahwa Rusia dan Amerika Serikat tidak dapat disamakan dalam konteks sengketa uji coba rudal nuklir yang kembali mencuat. Pernyataan tegas itu disampaikan setelah muncul laporan bahwa Rusia baru-baru ini menguji rudal jelajah bertenaga nuklir jarak jauh, Burevestnik, yang disebut memiliki jangkauan tak terbatas.
Berbicara dalam pengarahan Komisi Eropa di Brussels pada Kamis (30/10/2025), Juru Bicara Komisi Eropa, Anitta Hipper, menyatakan bahwa langkah Rusia jelas bertentangan dengan upaya menjaga stabilitas global.
“Kami telah melihat pengumuman tersebut, dan itu jelas tidak mengarah ke arah yang benar. Ini adalah negara yang melancarkan perang agresi ilegal dan tidak beralasan terhadap Ukraina,” kata Hipper seperti dikutip Anadolu.
Menurutnya, jika rudal Burevestnik benar-benar menggunakan tenaga nuklir, maka risiko kebocoran bahan radioaktif dapat mengancam keamanan global.
“Uji coba itu sekali lagi menunjukkan bahwa alih-alih memilih perdamaian, Rusia terus meningkatkan eskalasi melalui tindakan dan retorikanya,” tegasnya.
Rusia Disebut Picu Eskalasi, Bukan Perdamaian
UE menilai uji coba rudal nuklir oleh Rusia menjadi bukti bahwa Moskow belum menunjukkan komitmen terhadap perdamaian internasional.
“Rusia terus memperkuat ancaman global melalui perang dan uji senjata berbahaya. Ini menimbulkan kekhawatiran besar bagi stabilitas kawasan dan dunia,” tambah Hipper.
Peringatan ini datang di tengah meningkatnya ketegangan global pasca pernyataan Donald Trump yang berencana memulai kembali uji coba senjata nuklir di AS—pertama kalinya sejak 1990-an.
Ketika ditanya soal langkah Trump tersebut, Hipper menolak mengomentari secara rinci, namun menegaskan AS belum pernah melakukan uji coba senjata nuklir eksplosif selama beberapa dekade.
Trump Klaim Akan Hormati Perjanjian Nuklir
Sebelumnya pada Kamis (30/10), Trump menulis di platform Truth Social bahwa dirinya telah memerintahkan Departemen Pertahanan AS untuk segera memulai uji coba senjata nuklir.
Namun, ia menegaskan bahwa setiap negara yang menjadi bagian dari perjanjian internasional harus mematuhi komitmen mereka terhadap pengendalian senjata.
“Kami mengharapkan semua pihak yang menandatangani perjanjian untuk menghormati komitmen tersebut. Namun, saya pikir kita tidak boleh menggolongkan Rusia dan AS dalam kategori yang sama,” ujarnya.
Pernyataan Trump itu menjadi sorotan karena muncul di tengah meningkatnya kekhawatiran atas balapan senjata nuklir baru di antara kekuatan besar dunia.
UE: Rusia Tak Patuhi Komitmen Internasional
Menanggapi perkembangan itu, Hipper menegaskan bahwa UE tetap meminta semua penandatangan perjanjian nuklir internasional, termasuk Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT), untuk menaati kewajibannya.
Namun, ia menambahkan dengan nada sinis, “Di sini kita berbicara tentang Rusia, jadi harapan kami rendah.”
Pernyataan itu mencerminkan ketidakpercayaan mendalam UE terhadap Rusia yang dianggap terus melanggar komitmen global sejak invasi ke Ukraina pada Februari 2022.
UE menilai bahwa tindakan Rusia dalam menguji rudal Burevestnik hanya memperburuk situasi dan meningkatkan potensi konfrontasi militer dengan NATO maupun negara-negara Barat lainnya.
Dengan meningkatnya ketegangan antara kekuatan nuklir dunia, UE kembali menegaskan komitmennya terhadap pengendalian senjata dan diplomasi internasional.
Namun, sikap Moskow yang terus menguji rudal berteknologi tinggi menimbulkan kekhawatiran bahwa dunia sedang bergerak menuju era baru perlombaan senjata nuklir, di mana diplomasi kembali tergeser oleh ambisi militer. (nsp)