- Wikipedia
Dari Istiqlal ke Katedral, Terowongan Silaturahim Jadi Wujud Nyata Toleransi Indonesia
Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik, Suparman, menegaskan pentingnya semangat kasih lintas agama.
“Kita tidak perlu mempertentangkan perbedaan, karena semua agama mengajarkan kasih. Perbedaan itu nyata, tetapi bukan untuk dipertentangkan,” ujarnya.
Ketua Ikatan Alumni Pangudi Luhur (IKPL), Ichsan Perwira Kurniagung, menambahkan,
“Toleransi bukan slogan, tetapi komitmen. Keberagaman bukan alasan untuk terpecah, melainkan untuk saling merangkul.”
Empat kunci simbolik yang dibawa dalam prosesi melambangkan makna yang mendalam: kedamaian dari Masjid Istiqlal, kasih dari Gereja Katedral, pendidikan karakter dari Yayasan Pangudi Luhur, serta semangat brotherhood dari para alumni.
Ketua Yayasan Pangudi Luhur, Bruder Fransiskus Asisi Dwiyatno, FIC, menegaskan nilai pendidikan humanis yang dihidupi sekolah tersebut.
“Anak-anak Pangudi Luhur belajar untuk hidup bersaudara lintas budaya dan agama. Nilai ini bukan hanya diajarkan, tetapi dihidupi,” katanya.
Sejak berdiri pada 1965, SMA Pangudi Luhur dikenal sebagai sekolah yang menanamkan nilai kasih, tanggung jawab, dan solidaritas lintas iman. Melalui doa lintas agama di Terowongan Silaturahim, nilai-nilai itu kini menemukan ruang simbolik yang nyata—bahwa perbedaan bukanlah sekat, melainkan jembatan menuju persaudaraan sejati. (nsp)