- tvOnenews/A.R Safira
Warga Ungkap Penyebab Sepinya Pasar Paseban Jakpus, Pembeli Sepi dan Minat Belanja Berkurang
Jakarta, tvOnenews.com - Pria bernama Kenzi (54) yang merupakan warga asal Paseban menceritakan penyebab sepinya Pasar Paseban, Jalan Kramat Raya, Senen, Kota Jakarta Pusat.
Pria yang juga berprofesi sebagai juru parkir ini mengungkapkan dahulu pasar ini selalu ramai dengan pembeli. Namun saat ini berubah drastis lantaran sepi dan kurangnya minat belanja dari masyarakat.
“Dulu dibilang zaman masih pasar masih becek itu masih banyak peminat belanjanya, ramai. Sekarang mah pasar udah bersih minat belanjanya malah gak ada,” kata Kenzi, saat ditemui, Selasa (16/9/2025).
Lebih lanjut Kenzi mengatakan bahwa kondisi ini juga diakibatkan karena maraknya toko online yang mempermudah masyarakat untuk mendapatkan barang.
- tvOnenews - adinda
Sehingga para pengusaha gulung tikar lantaran tak mampu membayar karyawan dan sewa toko.
“Iya banyak yang tutup karena dibilang jarang minat, pembelinya yang berkurang, jadi buat pemasukannya dia juga buat muter ngelola usahanya jadi kesendat. Jadi kebanyakan pada gulung tikar, buat bayar karyawannya aja gak ada apalagi buat keperluan yang lainnya,” terang Kenzi.
“Dulu pas masih becek minat belanjanya masih ramai, jadi mungkin karena banyaknya online sepi,” lanjutnya.
Sementara itu Kenzi menerangkan saat ini kondisi pasar hanya banyak orang yang berlalu-lalang, tetapi minat belanjanya kurang.
“Kalau sepanjang harinya sih banyak lalu lalang dah, kalau biasanya kan ramai biar begitu kan orang mau belanja aja ngantre. Kalau sekarang mah longgar, banyak yang kosong minat belanjanya kurang,” terang Kenzi.
“Kalau disini kan umumnya mayoritas elektronik, kalau pakaian kadang musiman setahun sekali, musim lebaran, puasa, menjelang lebaran baru minat belanjanya ada itupun ga seramai yang dulu. Sekarang kalah sama online sama peminatnya berkurang,” sambungnya.
Untuk diketahui, Pusat Koperasi Pedagang Pasar (Puskoppas) DKI Jakarta mendesak Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI untuk segera membentuk tim penyelamat pasar tradisional.
Langkah ini dianggap krusial untuk membangkitkan kembali minat masyarakat terhadap pasar tradisional di tengah persaingan global.
“Kami meminta Pemerintah Provinsi DKI Jakarta membentuk tim penyelamatan pedagang dan pasar se-Jakarta,” kata Ketua Umum Puskoppas DKI, Gusnal, di Jakarta. Kamis, 11 September 2025.
Tim ini diharapkan dapat memberikan keringanan biaya pengelolaan pasar di masa mendatang.
“Diharapkan biaya pengelolaan untuk yang akan datang mendapat keringanan 50 persen sampai kondisi pasar pulih kembali,” sambung Gusnal.
Menurut data Puskoppas DKI, sebanyak 60 dari 153 pasar tradisional di Jakarta kini dalam kondisi kumuh dan rawan banjir.
Banyak pasar menjadi kosong karena para pedagang tidak mampu membayar biaya pengelolaan pasar non-tunai (Cash Management System/CMS).
Oleh karena itu, selain meminta keringanan biaya, Puskoppas juga mendesak agar tunggakan biaya pengelolaan selama pandemi COVID-19 dihapuskan.
Seluruh permintaan tersebut telah disampaikan langsung kepada Gubernur DKI, Pramono Anung, dalam sebuah audiensi pada Rabu, 10 September 2025.
Menurut Gusnal, Gubernur menyatakan keprihatinan dan sepakat untuk membentuk tim penyelamat yang akan terdiri dari unsur Pemda, DPRD DKI, Perumda Pasar Jaya, dan perwakilan pedagang.
Tim penyelamat gabungan ini nantinya diharapkan tidak hanya merumuskan terobosan untuk memajukan pasar, tetapi juga meninjau kembali Peraturan Daerah (Perda) No. 7 Tahun 2018 tentang pengelolaan Perumda Pasar Jaya. (ars/muu)