- Instagram/@nayarchives
Hari Terakhir, Detik-detik Letkol Untung Sebelum Dieksekusi Mati karena Dianggap sebagai Dedengkot G30S PKI
Jakarta, tvOnenews.com - Letkol Untung Syamsuri merupakan mantan Komandan Batalyon I Resmin Cakrabirawa, dia terlibat dalam peristiwa G30S PKI.
Letkol Untung merupakan sosok Pimpinan G30S PKI yang berlangsung pada 30 September hingga 1 Oktober 1965.
Peran Letkol Untung menjadi salah satu penyebab PKI menggugurkan enam jenderal dan satu perwira pertama TNI Angkatan Darat (AD).
Tujuh Pahlawan Revolusi yang menjadi korban pembunuhan dan penculikan PKI, di antaranya Jenderal Ahmad Yani, Letjen S. Parman, Letjen R. Suprapto, Mayjen MT Haryono, Mayjen DI Panjaitan, Mayjen Sutoyo Siswomiharjo, dan Kapten Pierre Tendean.
Jenazah mereka ditemukan di kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur pada 3 Oktober 1965, kemudian dievakuasi pada 4 Oktober 1965.
Hilangnya mereka tidak lepas atas peran dari Letkol Untung yang bergerak sebagai Pimpinan Lapangan Gerakan 30 September PKI.
- Dok Perpustakaan Nasional
Dirujuk tvOnenews.com dari Sumber Belajar Kemdikbud, Letkol Untung muncul di tengah menggilanya kepemimpinan Komandan Brigif I/Jayasakti Kodam V Jakarta Raya, Kapten Suradi.
Kapten Suradi dan pasukan berhasil menguasai jaringan komunikasi siaran Radio RRI di Jakarta.
Letkol Untung dikabarkan mendirikan Dewan Revolusi untuk menggeser Dewan Jenderal, dengan dalih melindungi Presiden ke-1 RI, Ir. Soekarno.
Pergerakannya dihajar oleh Mayjen Soeharto yang mengambil alih untuk menjadi Panglima Kostrad TNI AD.
Dilansir dari kanal YouTube Hendri Teja, Komandan RPKAD, Kolonel Sarwo Edhie Wibowo mengisahkan alasan Soeharto kembali merebut siaran RRI dari Suradi.
"Dengan maksud agar siaran Dewan Revolusi itu bisa distop, dan agar hubungan kita dengan dunia luar pun bisa dibuka kembali. Rencana itu sepenuhnya diserahkan ke saya," ujar Kolonel Sarwo.
Kolonel Sarwo Edhie dan pasukannya berhasil menjatuhkan kedudukan Letkol Untung yang harus melarikan diri dari Jakarta ke Tegal, Jawa Tengah.
Pengintaian Pasukan RPKAD mencari Untung berlangsung 8 hari. Saat Untung naik bus di Tegal, ada pos pengecekan yang membuat dia panik hingga melarikan diri.
Pasukan RPKAD menembak kaki Letkol Untung. Penembakan inilah membuat dia diseret untuk menjalani sidang Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmilub).
Letkol Untung menangis saat mendengar dirinya diputuskan vonis hukuman mati oleh Ketua Majelis Hakim Mahmillub Binsa pada 7 Maret 1966.
Peradilan terhadap Untung imbas menjadi otak merancang operasi G30S PKI dan dalang penculikan hingga pembunuhan Jenderal Ahmad Yani.
Hari Terakhir Letkol Untung Sebelum Dihukum Mati
- Arsip Nasional
Letkol Untung bersama dr Soebandrio, mantan Wakil Perdana Menteri pada Kabinet Dwikora I di masa Presiden Soekarno saat itu menjadi tahanan di penjara Cimahi, Jawa Barat.
Di hari terakhirnya, keduanya saling mengucapkan kata-kata perpisahan setelah G30S PKI ditumpaskan Soeharto.
Untung yang dikenal tidak takut mati dan pemberani saat memimpin G30S PKI, ia hanya bisa menunjukkan wajah berkaca-kacanya kepada Soebandrio.
Merujuk dari buku Soebandrio: Kesaksianku Tentang G30S, Soebandrio menceritakan seperti apa kondisi Untung di akhir hayatnya sebelum 4 hari dihukum mati.
"Dia bilang, 'Pak Ban, selamat tinggal, jangan sedih'. Untung mengucapkan kata perpisahan dengan suara bergetar, matanya terlihat berkaca-kaca," kata Soebandrio.
Suasana langsung begitu haru, namun Soebandrio tidak bisa merespons apa-apa saat Untung mengucap kata perpisahan dengannya.
"Saya hanya mengangguk-angguk. Para sipir dan tentara yang menjaga kami menyaksikan semua adegan singkat tapi mengharukan ini," jelas Soebandrio dalam tulisan di bukunya.
Apalagi, kabar dari Oditur Militer, Ahmad Durmawel yang ditugaskan mengeksekusi, penyebab Soebandrio diam membisu.
Berdasarkan kesaksian Soebandrio, Untung sempat percaya diri tidak dieksekusi mati karena menjadi sahabat Soeharto.
Nasibnya tetap apes, Letkol Untung dengan kondisi pasrah harus dikawal ketat keluar dari Penjara Cimahi, Jawa Barat.
"Saya kemudian mendengar bahwa Untung dieksekusi di sebuah desa di luar kota Bandung. Saya sudah tidak sempat sedih lagi memikirkan nasib Untung, hidup saya sendiri akan berakhir sebentar lagi," tukas Soebandrio.
(hap)