- tvOnenews.com/Rika Pangesti
Cuma Satu Harapan Pedagang Pasar Hewan Barito: Temui Kami, Pak Gubernur
Karena hal inilah, para pedagang merasa kecewa dan merasa tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan. Padahal, perihal wacana proyek ini, para Pedagang Pasar Burung Barito lah yang paling terdampak.
Namun mereka mempertanyakan, mengapa mereka tidak dilibatkan?
Solidaritas Terbangun, Tapi Perlu Didengar
Paguyuban Pedagang Pasar Burung Barito kini dibantu oleh advokat dari Solidaritas Pemasok dan Pedagang Pasar (SP3) untuk menyuarakan haknya hingga ke tingkat kota.
Aspirasi juga sudah disampaikan hingga ke tingkat lurah dan camat. Tapi semua itu, menurut pedagang, belum cukup jika suara mereka tidak sampai ke pemegang keputusan tertinggi di Jakarta.
“Kita pengen Gubernur tahu, langsung dari kami. Bukan dari laporan. Kami enggak menolak pembangunan, kami cuma minta solusi yang adil,” kata Yuliana.
Relokasi yang Tak Siap, Tapi Digencarkan
Kepada tvonenews.com, Yuliyana bercerita, sejak awal bulan Juli, pedagang menerima sosialisasi bahwa mereka akan dipindahkan ke kawasan Lenteng Agung, Jakarta Selatan. Tapi hingga 15 Agustus, lokasi tersebut masih berupa tanah kosong. Sementara mereka sudah diminta meninggalkan kios sejak 3 Agustus.
- tvOnenews.com/Rika Pangesti
“Sudah disuruh pergi, tapi tempat barunya belum ada. Kami kan juga butuh kepastian, bukan hanya pengumuman,” ucap Yuliyana.
Dari 137 kios yang saat ini aktif di Barito, ada 88 kios JS25 yang artinya kios pedagang hewan, burung, beserta pakannya, sisanya adalah kios kuliner atau buah.
Sementara, kabarnya hanya sekitar 66 kios JS25 yang tersedia untuk pedagang burung di lokasi relokasi. Belum ada informasi resmi siapa yang berhak dan berdasarkan apa data itu diambil.
"Kita nggak tahu datanya dari mana, simpang siur," ujarnya.
Kekhawatiran Bertumpuk: Pelanggan, Lokasi, dan Masa Depan
Ketakutan pedagang bukan cuma karena tempat relokasi belum siap, tapi juga karena lokasi alternatif tidak ideal. Salah satu tawaran sebelumnya adalah kios di kawasan Mampang, Jakarta Selatan.
Yuliyana menceritakan, tempat sementara itu berada di lantai atas dan bercampur dengan pedagang buah dan makanan.