- Kolase tvOnenews.com
Susno Duadji Mulai Bicara soal Kasus Arya Daru, Eks Kabareskrim itu Bilang Polda Tidak Lengkap Menyampaikannya: Ya, Memang...
tvOnenews.com - Mantan Kabareskrim Polri periode 2008-2009, Komjen (Purn) Susno Duadji, menyampaikan analisisnya tentang kasus kematian diplomat muda Kementerian Luar Negeri (Kemlu RI) Arya Daru Pangayunan (ADP).
Kepolisian Polda Metro Jaya menyatakan bahwa tidak ditemukan unsur pidana atau keterlibatan pihak lain dalam kematian Arya Daru.
Susno Duadji yang ikut mengawal kasus kematian diplomat Kemlu RI Arya Daru memberikan pandangannya soal rilis yang disampaikan oleh polisi.
Salah satu yang menjadi sorotan adalah tak ditemukannya handphone utama dari Arya Daru, yang digunakan komunikasi di detik-detik akhir hayatnya.
Alat bukti yang dirilis oleh polisi merupakan handphone lama dari ADP, dan banyak clue-clue yang tidak meyakinkan untuk menyatakan bahwa kasus ADP adalah bunuh diri.
Menjawab hal tersebut, Susno Duadji mengatakan bahwa Polri bekerja apa yang dilakukan Polda Metro Jaya.
"Yaitu saya katakan tadi, sudah benar karena dia mengatakan alat bukti yang dipakai adalah alat bukti scientific," tuturnya dilansir dari kanal Youtube Nusantara TV.
- Tangkapan layar tvOne
"Jadi apa yang disampaikan itu tidak komplit, karena ada beberapa hal yang tidak layak disampaikan ke publik, nah yang dimaksud dia ada tekanan," ujarnya.
"Tekanan itu bukan tekanan ada orang lain menekan dirinya, tetapi akibat perbuatannya, atau akibat perilakunya. Tidak layak disampaikan ke publik, yang mengakibatkan dirinya tertekan, tapi Polisi kan tidak menjelaskan sampai segitu," pungkasnya.
Pensiunan jenderal Bintang Tiga itu juga menyoroti pernyataan polisi terkait konsultasi ke badan Amal sejak tahun 2013.
Di mana hal menjadi salah satu indikator yang disebut upaya ADP bunuh diri karena perasaan tertekan.
"Dari situ kan tidak dibacakan semua apa isi emailnya, kemudian apa isi konsultasinya, kemudian dengan siapa dia berkonsultasi, psikiater atau psikolog-nya, itu ada dan sudah dimintai keterangan oleh Polri, hasilnya apa, rekam jejaknya apa. Tapi kan tidak mungkin disampaikan 100 persen," pungkasnya.
"Polisi sudah memberikan kesimpulan itu kepada keluarga, saya yakin itu disampaikan, karena pihak yang mengikuti presentasi Polri, satu hari sebelum press release, itu sudah disampaikan dengan gamblang, tidak ada satu hal pun yang terloncati, sehingga tak terbantahkan apa yang disampaikan ini," ujar Susno Duadji.
Diketahui sebelumnya, bikin geger publik, Arya Daru Pangayunan (ADP) ditemukan tewas tak bernyawa di sebuah rumah kos di kawasan Menteng, Jakarta Pusat.
Sontak saja peristiwa ini menyita perhatian publik karena banyaknya kejanggalan yang belum terpecahkan hingga kini.
Mendiang Arya Daru ditemukan dalam kondisi kepala terlilit lakban.
Baru-baru ini Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya akhirnya mengumumkan penyebab kematian diplomat muda Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Arya Daru Pangayunan (ADP).
Bukan dibunuh seperti kabar simpang siur yang beredar, polisi menyebut kematian Arya Daru karena diduga mengalami depresi.
Ketua Apsifor, Nathanael EJ Sumampouw dalam konferensi pers yang digelar Selasa (29/7/2025) menjelaskan alasan Arya Daru melakukan tindakan menghabisi nyawa sendiri.
Dari keterangan yang diberikan oleh keluarga dan rekan kerjanya, Arya Daru dikenal sebagai sosok pribadi yang sangat positif, bertanggung jawab juga suportif, dan pekerja keras serta peduli terhadap lingkungan.
Menurutnya hal itulah yang akhirnya membuat Arya Daru kesulitan untuk mengekspresikan emosi negatif.
“Sebagai sosok yang sangat positif di lingkungan, almarhum sangat sulit ekspresikan emosi negatif yang kuat terutama dalam situasi tekanan yang tinggi,” ungkapnya.
Bukti lain yang semakin memperkuat adalah ditemukannya data Arya Daru yang menghimpun mengakses layanan kesehatan mental dari tahun 2013 kemudian berlanjut di tahun 2021.
- Tim tvOne/Rika
Pekerjaan Arya Daru juga disinyalir menjadi tekanan baginya dan menimbulkan depresi. Apalagi ia harus melihat peristiwa-peristiwa memilukan yang dialami Warga Negara Indonesia (WNI) di luar negeri hingga melibatkan emosional kejiwaannya sendiri.
“Peran tersebut menuntut empati yang tinggi dan sensitivitas sosial sehingga menimbulkan burnout, kelelahan kepedulian, terus menerus terpapar pengalaman penderitaan, dinamika psikologis itulah yang kami temukan di akhir kehidupannya,” jelasnya.
Kepolisian Polda Metro Jaya menyatakan bahwa tidak ditemukan unsur pidana atau keterlibatan pihak lain dalam kematian Arya Daru. (rpi/ree/ind)