news

Daerah

Bola

Sport

Gaya Hidup

Video

Tvone

Review Fantastic Four: The First Steps – Kisah Hangat di Tengah Galaksi Kosmik.
Sumber :
  • Istimewa

Review Fantastic Four: The First Steps – Kisah Hangat di Tengah Galaksi Kosmik

Fantastic Four: The First Steps hadir sebagai film keluarga dengan gaya retro futuristik, drama emosional, dan kisah hangat di tengah ancaman galaksi kosmik.
Kamis, 24 Juli 2025 - 15:28 WIB
Reporter:
Editor :

Jakarta, tvOnenews.com - Fantastic Four: The First Steps akhirnya resmi tayang di bioskop seluruh dunia, termasuk Indonesia. Film ini membuka babak baru semesta Marvel Cinematic Universe (MCU) lewat pendekatan yang sangat berbeda: lebih lembut, penuh nuansa keluarga, dan jauh dari hiruk-pikuk multiverse yang biasanya melekat dalam kisah-kisah superhero Marvel belakangan ini.

Disutradarai oleh Matt Shakman (WandaVision), dengan naskah dari tim penulis berpengalaman Josh Friedman, Eric Pearson, Jeff Kaplan, dan Ian Springer, film ini membawa penonton ke Earth-828 — semesta alternatif di mana empat tokoh legendaris Marvel, Reed Richards, Sue Storm, Johnny Storm, dan Ben Grimm sudah dikenal sebagai Fantastic Four.

Namun, alih-alih menampilkan kisah origin klasik yang penuh drama dan ledakan kosmik, First Steps justru menyajikan pendekatan yang lebih intim dan manusiawi. Ini bukan sekadar tentang pahlawan berkekuatan super, melainkan tentang keluarga—tentang orang-orang dengan luka, cinta, dan harapan yang saling menjaga satu sama lain di tengah kekacauan.

Retro-Futuristik 1960-an: Nostalgia yang Hidup

Sejak adegan pembuka, Fantastic Four: First Steps sudah memperkenalkan identitas visual yang kuat: gaya retro-futuristik ala tahun 1960-an. Penonton seolah diajak ke masa depan dari masa lalu—di mana desain teknologi menggabungkan warna pastel dengan logam berkilau, kendaraan terbang dengan gaya old-school, dan rumah-rumah yang penuh ornamen geometris klasik. Semua ini terasa seperti surat cinta kepada era komik Fantastic Four pertama kali muncul: tahun 1961.

Tata artistik yang memukau ini diperkuat dengan sinematografi hangat dan alunan musik orkestra yang membawa nuansa melankolis sekaligus heroik. Tidak berlebihan jika banyak yang menyebut film ini sebagai karya seni visual yang nyaris teatrikal. Shakman tahu cara merangkai nostalgia dengan cerita modern tanpa membuatnya terasa kuno.

Karakterisasi: Hangat, Kocak, dan Penuh Hati

Daya tarik utama film ini tidak terletak pada kekuatan super atau pertarungan epik (meski tetap ada, dan menawan), melainkan pada chemistry keempat tokoh utamanya.

Pedro Pascal sebagai Reed Richards tampil kalem, penuh karisma, dan meyakinkan sebagai sosok pemimpin yang lebih banyak memikirkan keluarga ketimbang kekuatan. Ia membawa aura seorang ilmuwan sekaligus ayah—bijak, kadang kikuk, tapi penuh kasih.

Vanessa Kirby mencuri perhatian sebagai Sue Storm, figur ibu dan kakak yang kuat, protektif, namun sangat manusiawi. Emosinya terasa mentah, terutama dalam adegan-adegan pertentangannya dengan Johnny yang keras kepala.

Joseph Quinn, aktor muda yang mencuat lewat Stranger Things, memberikan nyawa baru pada karakter Johnny Storm. Ia tampil flamboyan, impulsif, dan penuh energi, namun di balik semua itu ada kerinduan dan kesepian yang perlahan terkuak.

Sementara itu, Ebon Moss-Bachrach menghadirkan sisi paling menyentuh lewat Ben Grimm, alias The Thing. Di balik tubuhnya yang berbatu, ada hati yang lembut dan cerita yang membuat mata berkaca-kaca. Ia adalah potret tentang penerimaan diri, dan tentang bagaimana keluarga tidak selalu harus sempurna, tapi saling mencintai.

Narasi yang Sederhana Namun Mengena

Alih-alih bermain dengan plot twist atau konsep multiverse yang rumit, First Steps memilih pendekatan yang membumi. Ceritanya sederhana: tentang keluarga yang mencoba bertahan dan tidak kehilangan satu sama lain setelah mengalami perubahan besar dalam hidup mereka.

Konflik muncul bukan dari luar angkasa semata, tapi dari dalam—dari ego, kesalahpahaman, dan rasa takut yang manusiawi. Justru di sinilah letak kekuatan film ini. Ini bukan tentang menyelamatkan dunia, tapi tentang bagaimana menyelamatkan keluarga.

Namun bukan berarti film ini minim aksi. Kemunculan Galactus, makhluk kosmik pemakan planet, tetap menjadi ancaman nyata. Tapi bahkan pertarungan dengan Galactus bukan sekadar pamer kekuatan, melainkan bagian dari ujian emosional yang harus dilalui oleh tim ini sebagai satu keluarga.

Mandiri dan Mudah Dinikmati: Tidak Perlu “Ngerti MCU”

Satu hal yang patut diapresiasi, Fantastic Four: First Steps berdiri sendiri. Penonton tidak perlu hafal urutan film MCU, tidak perlu tahu siapa Kang atau varian Doctor Strange, tidak perlu membuka wiki Marvel untuk memahami siapa yang datang dari semesta mana. Film ini bersahabat bahkan bagi penonton kasual, dan itu justru membuatnya kuat.

Ini adalah soft reboot yang cerdas: memperkenalkan kembali Fantastic Four tanpa membebani penonton dengan beban lore yang kompleks. Bahkan bisa dibilang, ini adalah titik masuk yang sempurna untuk siapa saja yang baru ingin mengenal dunia Marvel.

Kesimpulan: The First Steps Menuju Era Baru MCU

Fantastic Four: The First Steps bukan hanya film superhero, tapi juga drama keluarga, petualangan retro, dan surat cinta untuk era awal Marvel. Ini adalah langkah pertama yang berani dan segar untuk membuka Phase Six MCU—lebih dekat dengan manusia, lebih hangat, dan lebih tulus.

Dengan visual menawan, naskah menyentuh, dan penampilan aktor yang menggugah, film ini adalah penyejuk di tengah hiruk-pikuk sinema aksi yang semakin sibuk. Film ini mengingatkan kita: di balik semua ledakan dan kostum, superhero pun tetaplah manusia.

Rating: 9/10 – Wajib Tonton, Baik Penggemar Marvel Maupun Pecinta Drama Keluarga.

Fantastic Four: The First Steps mulai tayang di bioskop seluruh Indonesia pada 23 Juli 2025. Jangan lewatkan—karena tidak semua film superhero bisa membuatmu tertawa, menangis, dan merasa lebih hangat di waktu yang bersamaan. (nsp)

Berita Terkait

Topik Terkait

Saksikan Juga

11:47
15:11
07:39
18:33
03:26
01:19

Viral