news

Daerah

Bola

Sport

Gaya Hidup

Video

Tvone

Ilustrasi Nikel.
Sumber :
  • Antara

Indonesia Disebut Toko Kelontong Global yang Masih Berkutat di Zona Nyaman

Pendiri Haidar Alwi Institute (HAI), R. Haidar Alwi mempermisalkan Indonesia sebagai toko kelontong global yang masih berkutat di zona nyaman. L
Kamis, 29 Mei 2025 - 21:27 WIB
Reporter:
Editor :

Jakarta, tvOnenews.com - Pendiri Haidar Alwi Institute (HAI), R. Haidar Alwi mempermisalkan Indonesia sebagai toko kelontong global yang masih berkutat di zona nyaman. 

Ia mencontohkan suatu negeri Zamrud yang mempunyai berlian sebesar kepalan tangan, namun menjualnya ke tetangga seharga batu kali. 

Kemudian, kata dia, tetangga tersebut mengolahnya menjadi kalung mewah dan menjualnya kembali dengan harga 1000 kali lipat. 

"Welcome to Indonesia. Negeri yang dianugerahi kekayaan alam melimpah ini masih setia pada peran lamanya, eksportir bahan mentah kelas kakap, sambil memborong produk jadi dari negara lain dengan bangga," kata Haidar, Kamis (29/5/2025).

Haidar menuturkan negara-negara mitra dagang dengan senang hati memainkan peran mereka, seperti China yang dijuluki si pembeli yang baik hati. 

China sahabat karib Indonesia yang selalu siap menampung batubara dan nikel mentah Indonesia.

Nikel di Morowali yang dikuasai China, nyatanya Indonesia hanya mendapat 5 persen dari nilai tambah rantai baterai global.

Sementara China menguasai 77 persen pasar baterai EV dunia.

"Kita seperti pedagang pasar yang ramah, tetapi diam-diam menyimpan kalkulator di balik senyumnya. Di Morowali, mereka membangun smelter nikel terbesar di dunia, tapi teknologi pengolahan baterai litium tetap dirahasiakan seperti resep mi ayam," ucap Haidar.

"Satirnya, Indonesia pemilik tambang, China arsitek yang membangun rumah megah di atas tanah kita, dan kita cuma melongok dari luar pagar," sambungnya.

Belum lagi Jepang dan Korea Selatan yang dijuluki mitra dengan 'Tangan Terkunci'. 

Menurutnya Jepang dan Korea Selatan paham betul seni memberi tapi tak memberi. 

Mereka berinvestasi di pabrik baterai EV, tapi mesin pencampur bahan kimia kunci tetap diimpor dari Osaka dan Seoul.

"Alhasil, kita jadi buruh murah di pabrik sendiri. Satirnya, Indonesia seperti murid yang diberi kalkulator, tapi tak diajari rumus matematika," ujar Haidar.

Selanjutkan, kata Haidar, Singapura, negara kecil yang menjadi makelar global. 

Dari data yang dimilikinya mereka tak mempunyai tambang, tapi menguasai 30 persen perdagangan batubara Asia via pelabuhan mereka. 

Begitu pula 40 persen ekspor minyak sawit Indonesia dilewatkan dulu ke Singapura, baru dijual ke Eropa dengan harga lebih tinggi. 

Berita Terkait

1
2 Selanjutnya

Topik Terkait

Saksikan Juga

00:57
01:35
01:23
02:19
03:49
15:06

Viral