- Ist
Sambut Waisak 2025, Umat Buddha Diajak Bebaskan Batin dan Tebar Cinta Kasih
"Rame ing gawe, sepi ing pamrih pada awalnya. Tapi kalau tidak ada kasih sayang atau cinta kasih yang kuat, rame ing gawe sepi ing pamrih itu, lama-lama menjadi rame ing gawe, rame ing pamrih. Itulah yang ingin kami sampaikan, kami ingatkan kepada segenap umat Buddha, tetap mendasarkan kepeduliannya dengan kasih sayang yang sejati. Rame ing gawe sepi ing pamreh. Dan itu yang kita butuhkan sekarang ini," kata Banthe.
Di lokasi yang sama, Direktur Jenderal Bimas Budha Kementerian Agama (Kemenag) RI, Supriyadi menambahkan, pemerintah menyambut baik atas kegiatan, yang merupakan bagian dari gerakan bersama selama satu bulan penuh menyambut Hari Raya Trisuci Waisak.
"Kami dari pemerintah memberikan sebuah tema Wesakha Sananda. Di mana kami mengajak semua umat Buddha untuk bergembira, bersuka cita, menyemarakan bulan Waisak ini," kata Supriyadi.
Supriyadi berharap, dalam menyongsong Hari Waisak bukan hanya mempersiapkan diri dalam rangka berpesta pora atau bersuka ria, tapi setiap umat Buddha selama satu bulan penuh itu, mulai melakukan introspeksi, refleksi, dan aktualisasi dari ajaran Buddha.
"Kita berharap selama sebulan teman-teman sekalian melatih diri untuk mengendalikan dirinya, melatih diri untuk menjadi orang bijaksana. Karena kita berharap apa yang kita tuju adalah mewujudkan sebuah kehidupan yang damai, yang harmonis," ucapnya.
Damai dalam dirinya, damai dengan alam semesta, dan damai dengan keyakinannya. Dengan antara itu, maka ada pelatihan-pelatihan yang biasa dilakukan umat Buddha seperti berlatih atas sila, berlatih Wikala Pujana, membaca Parita, mengendalami kitab suci, dan juga mengkaji kitab suci. Nah, inilah kegiatan yang sifatnya pemahaman dan aktualisasi dari nilai ajaran agama," sambungnya.
Selain itu, Supriyadi juga mengajak umat Buddha untuk berbagi kepada sesama dan lingkungan. Karena, berbagi kepada sesama, merupakan kebahagiaan sosial, bentuknya berupa prosesi Pindah Patah (Pengumpulan makanan yang dilakukan para biksu di sekitar wilayah perayaan Waisak), dan berbagi dengan lingkungan bisa dengan cara menanam pohon.
Oleh karenanya, Ditjen Budha mengajak semua umat, baik di satuan pendidikan maupun di rumah ibadah, untuk menanam setidaknya satu pohon. Setidaknya satu pohon di rumah ibadah. Hal ini akan mensupport dan mensupply kebutuhan oksigen masyarakat.