- tvOnenews.com/Rika Pangesti
Fenomena Tawuran di Jakarta, Kapolda Metro Jaya Soroti Provokasi yang Bermula dari Live di Instagram
Jakarta, tvOnenews.com - Kapolda Metro Jaya, Irjen Karyoto menyoroti perihal maraknya tawuran yang terjadi di Jakarta acap kali bermula dari saling menantang di media sosial Instagram.
Lalu, aksi tawuran tersebut disiarkan secara langsung (live) di Instagram. Menurut Kapolda Metro, hal itu adalah fenomena baru.
"Tawuran sekarang modelnya pakai Instagram. Istilahnya Instagram tantang menantang, kemudian ketemu di suatu tempat dan live Instagram. Tawuran live Instagram," kata Karyoto di Polda Metro Jaya, Kamis (8/5).
Tak mau kalah dengan tren tawuran masa kini, Karyoto mengatakan, saat ini kepolisian juga sudah melakukan deteksi dini dengan cara mengikuti (follow) sejumlah akun Instagram yang acap kali memprovokasi tawuran.
Selain deteksi dini, polisi juga rutin melakukan penyuluhan ke masyarakat sebagai upaya pencegahan.
"Kami sudah berupaya semaksimal mungkin dan bahkan sudah ada puluhan perkara yang kami lacak sejak awal. Nah, kemudian secara persuasif kepada masyarakat, kami ke sekolah-sekolah, kami melakukan penyuluhan, bahkan kami melibatkan beberapa mahasiswa untuk menjadi narasumber. Setelah berkolaborasi dengan kami, membawakan naskah tentang bagaiman mencegah tawuran, bagaimana mencegah narkoba, dan bagaimana juga mencegah korupsi," beber Karyoto.
Dalam kesempatan itu, Karyoto juga membahas perihal wacana upaya mendeteksi dini adanya tawuran dengan menghidupkan 1 polisi 1 RW.
Namun, menurut Karyoto, saat ini jumlah polisi di Polda Metro Jaya masih sangat minim jika dibandingkan dengan jumlah penduduk di Jakarta yakni sekitar 22 juta penduduk.
Karyoto memandang, hal ini lah yang membuat deteksi dini sulit dilakukan oleh kepolisian.
"Sejalan tadi saya hitung, 22 juta penduduk Jakarta dengan polisi, jumlah polisi 29 ribu, itu masih dikurangi ASN mungkin sekitar 3 atau 4 ribu. Kalau satu polisi harus menjaga 758, ini yang sangat tidak mungkin ketika kita harus menghidupkan polisi RW," ucap Karyoto.
Oleh karenanya, Karyoto menilai, jika harus dihidupkan polisi RW belum mencukupi jumlahnya.
"Kalau jumlahnya ada, sangat bagus. Jadi bisa melakukan deteksi sejak awal. Dalam satu RW tuh ada rumah-rumah, kira-kira orang yang suka keluar malam jam berapa, keluar membawa sesuatu, dan masuk membawa sesuatu, bisa diawasi dengan baik. Tapi itu sangat belum memungkinkan untuk saat ini," tandasnya. (rpi/dpi)