- tvOnenews.com/Aldi Herlanda
AHY Sebut Kenaikan Tarif Impor AS Berpotensi Ganggu Stabilitas Keamanan Internasional
Jakarta, tvOnenews.com - Direktur Eksekutif The Yudhoyono Institute (TYI), Agus Harimurti Yudhoyono mengungkap bahwa keamanan Internasional dapat terancam akibat dari kebijakan tarif impor oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Menurutnya jika para negara-negara besar melakukan perlawanan terhadap Amerika Serikat tentunya hal ini dapat menimbulkan aliansi atapun blok tandingan.
AHY menjelaskan dengan adanya aliansi tandingan ini maka persaingan pun akan terjadi, tidak hanya dalam perdagangan tetapi dalam pengaruh strategis dan militer.
“Dampak dari kebijakan tarif Presiden Trump ini bukan hanya akan mengguncang sistem perdagangan global, tetapi juga sangat berpotensi mengganggu stabilitas keamanan internasional,” katanya di acara diskusi yang digelar TYI bertajuk “Dinamika dan Perkembangan Dunia Terkini: Geopolitik, Keamanan dan Ekonomi Global” di Grand Sahid Jaya, Jakarta, Minggu (13/4/2025).
Pria yang menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan ini juga mengungkapkan, polarisasi ini pun dapat memperparah konflik yang terjadi di kawasan Asia Pasifik.
Sehingga dalam situasi ini relasi Internasional tidak lagi dibangun atas dasar kesetaraan ataupun kepercayaan melainkan dominasi dari satu pihak tertentu.
“Dunia, kita semua harus bersiap dengan skenario terburuk yaitu pecahnya perang terbuka di sejumlah kawasan,” tandasnya.
Sekedar informasi, Presiden Amerika Serikat mengumumkan kenaikan tarif Impor untuk seluruh negara termasuk Indonesia.
Akibat dari kebijakan tersebut, Indonesia sendiri dikenakan tarif impor sebesar 32 persen.
Sementara itu, Amerika melakukan kenaikan signifikan terhadap sang pesaing yakni China dengan tarif impor sebesar 145 persen dari yang sebelumnya 125 persen.
Hal ini membuat Negeri Tirai Bambu melakukan perlawanan dengan kembali menaikan tarif barang impor dari Negeri Paman Sam ke negaranya sebesar 125 persen.
Alhasil, kedua negara dengan ekonomi terbesar itu saling balas kenaikan tarif impor. (aha/raa)