- Syifa Aulia/tvOnenews
Buntut Guru Besar UGM Cabuli 13 Mahasiswi, Puan Maharani: Pelakua Harus Dihukum Seberat-beratnya
Jogja, tvOnenews.com - Buntut kasus guru besar UGM, dari Fakultas Farmasi berinisial EM yang mencabuli 13 mahasiswi. Sontak, buat Ketua DPR RI, Puan Maharani, lontarkan kata-kata menohok dan mengutuk keras insiden itu.
Kata dia, tidak boleh ada toleransi bagi praktik kekerasan seksual di lingkungan pendidikan, termasuk di kampus. Ia mendorong agar pelaku pelecehan seksual mendapat hukuman setimpal.
"Tidak boleh ada sedikitpun toleransi terhadap kekerasan seksual di dunia pendidikan. Pelaku kekerasan seksual harus dihukum seberat-beratnya," beber Puan Maharani dalam keterangannya, Rabu (9/5/2025).
Puan menyoroti kasus kekerasan seksual di ranah kampus yang masih menjadi momok di publik.
Terbaru, seorang Guru Besar di Universitas Gajah Mada (UGM) dilaporkan melakukan pelecehan seksual terhadap belasan mahasiswi di kediaman pribadinya.
"Tindakan ini tidak hanya mencoreng nama baik institusi pendidikan tinggi, tetapi juga merusak kepercayaan publik terhadap integritas dunia akademik," kata perempuan pertama yang menjabat sebagai Ketua DPR RI itu.
Puan menegaskan, seharusnya institusi pendidikan menjadi ruang aman bagi para peserta didik, bukan menjadi tempat yang mengancam masa depan.
Ia menekankan nilai etika dalam membangun peradaban.
"Kampus seharusnya jadi ruang aman, bermartabat, dan menjadi benteng utama dalam membangun nilai-nilai etika serta peradaban, bukan malah menjadi tempat pelecehan berulang," ujar Puan.
Puan mendorong agar penegak hukum menangani kasus ini dengan transparan dan adil. Ia menegaskan pelaku kekerasan seksual harus dihukum berat tanpa adanya toleransi, sebagaimana diatur dalam UU Nomor 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (UU TPKS).
"Sekali lagi, tidak boleh ada toleransi sedikitpun terhadap kekerasan seksual. Terlebih jika itu terjadi di institusi pendidikan yang seharusnya menjadi tempat paling aman bagi generasi muda kita," jelasnya.
"Dalam UU TPKS juga diatur adanya pemberat hukuman jika pelaku merupakan seorang tokoh pendidik. Saya harap hal ini juga menjadi pertimbangan dalam proses hukum kasus ini," tambahnya.
Puan berharap proses hukum dapat berjalan secara profesional. Ia menegaskan jangan sampai hukum di RI pandang bulu.