- Instagram @novitatandry
Psikolog Ungkap Faktor Penyebab Remaja Bunuh Ayah dan Neneknya di Lebak Bulus, Peringatan Keras untuk Para Orang Tua
Jakarta, tvOnenews.com - Kasus seorang anak remaja membunuh ayah dan neneknya di Cilandak, Lebak Bulus, menjadi sorotan psikolog anak dan remaja.
Seorang anak remaja berinisial MAS (14) tahun di Cilandak, Lebak Bulus, Jakarta Selatan tega membunuh ayah dan neneknya.
Tak hanya itu, remaja pria itu juga menusuk sang ibu kandung dengan senjata tajam hingga terluka parah.
Psikolog Anak dan Remaja, Novita Tandry mengatakan ada beberapa faktor yang melatarbelakangi pelaku melakukan pembunuhan terhadap keluarganya.
- istimewa
"Faktor-faktornya bukan tunggal, jadi akumulasi biasanya. Faktor-faktornya banyak, kombinasi faktor psikologis, sosiologis, dan lingkungan," kata Novita kepada tvOne, Sabtu (30/11/2024).
Hal pertama yang harus dilihat adalah, apakah ada kekerasan atau pelecehan seksual atau pelecehan secara verbal atau secara fisik di dalam keluarganya.
Kemudian, apakah ada gangguan psikologis atau gangguan mental terhadap pelaku, seperti gangguan psikologis neurosis seperti kecemasan, dan kepanikan.
"Atau bahkan gangguan psikosis biasanya ada halusinasi dan delusi, di situ," katanya.
"Lalu ada konflik enggak hubungan di antara keluarga ini yang berkepanjangan, dan tidak mendapat bantuan profesional," tambahnya.
"Lalu ada juga paparan dari lingkungan sosial dan media, jadi tontonan paparan kekerasan bisa ada di sana, dan juga pengaruh pertemanan," ungkapnya.
Selain itu bisa jadi kecanduan obat-obatan, pengaruh penyalahgunaan narkotika atau kecanduan alkohol.
"Mungkin kaitannya dengan judi online, keputusasaan atau kehilangan harapan. Jadi kombinasi dari ke tujuh hal ini sangat mungkin bisa menyebabkan seseorang melakukan periside (membunuh anggota keluarganya)," katanya.
Menurut Novita, kasus ini merupakan kombinasi gangguan kesehatan mental dan jiwa pelaku.
"Tapi harus didalami assesment-nya harus diadakan screening lebih lanjut," katanya.
Jika benar adanya gangguan mental pada pelaku, biasanya, kata Novita ada gejala yang ditunjukkan.
"Mungkin hal ini tidak terdeteksi oleh orang-orang dekatnya. Karena kebanyakan anak-anak ini begitu beraktivitas di sekolah, pulang itu ada di kamar. Jadi sulit untuk mengutarakan apa yang dirasakan," katanya.