- Aljazeera.com
Trauma Gempa Turki! Warga Memilih Berada di Luar Bangunan Meski Suhu 3 Derajat: Gempa Susulan Membuat Kami Gila
Jakarta, tvOnenews.com - Berpacu dengan waktu, begitu kira-kira ungkapan yang tepat untuk menggambarkan bagaimana proses evakuasi yang tengah berlangsung di Kota Gaziantep, Turki, yang menjadi pusat gempa dan meluluhlantakan kota dalam sekejap.
Siapa yang menyangka, saat semua orang tengah terlelap, guncagan berkekuatan Magnitudo 7,8 yang datang secara tiba-tiba membuat panik warga, ribuan korban tewas pun tak terelakan.
Badan bantuan Turki mengatakan jumlah korban tewas akibat gempa magnitudo 7,8 hingga Selasa (7/2/2023) mencapai 3.419 orang, angka tersebut tentunya akan terus bertambah, mengingat proses evakuasi masih terus dilakukan.
Yunus Sezer, yang mengepalai badan AFAD, yang dilansir aljazeera mengatakan, sebanyak 15.384 orang terluka, sementara 6.217 bangunan runtuh.
Saat ini, sebanyak 16.400 petugas penyelamat aktif di daerah yang terkena dampak telah dikerahkan. Seolah tak mengenal waktu, petugas penyelamat dan sukarelawan mencari korban selamat di reruntuhan bangunan yang runtuh, di Sanliurfa, Turki.
Belum lagi, Turki yang tengah memasuki musim dingin menjadi kendala tersendiri bagi regu penyelamat. Dan atas dasar kemanusian, tim penyelamat terua bekerja sepanjang malam untuk mencari korban selamat dari reruntuhan bangunan yang runtuh.
Di lokasi gedung tujuh lantai yang rata dengan tanah, Omer El Cuneyd, seorang warga Turki, terua menunggu kabar tentang orang yang selamat.
“Ada keluarga yang saya kenal di bawah reruntuhan,” kata mahasiswa Suriah berusia 20 tahun itu kepada kantor berita AFP.
“Sampai pukul 11.00 atau siang, teman saya masih menjawab telepon. Tapi dia tidak lagi menjawab. Dia ada di bawah sana.”
Jalan-jalan Sanliurfa, saat ini telah dipenuhi oleh penduduk yang ketakutan untuk masuk ke dalam rumah, trauma mendalam itu membuat mereka memilih tidur di luar rumah, meski udara sangat dingin.
Mustafa Koyuncu memasukkan istri dan kelima anaknya ke dalam mobil, terlalu takut untuk bergerak.
“Kami tidak bisa pulang, Semua orang takut.” Ungkap kata pria berusia 55 tahun, yang dilansir AFP.
Kondisi yang sama juga dialami oleh penduduk Gaziantep, Turki. Dan berikut curaha hati penduduk Gaziantep yang dilansir Aljazeera.
Anak-anak dan kami menghabiskan lebih dari satu jam hanya mengantri untuk mendapatkan lima potong roti. Di jalan tempat saya berada, puluhan mobil mengantri di depan SPBU. Mereka ingin mengisi mobil mereka, tetapi mereka tidak tahu ke mana harus pergi.
Saat ini, Kami berada di salah satu masjid. Aku, ibuku, ayahku dan anak-anakku. Dan gempa susulan membuat kita gila.
Ketika gempa kedua terjadi, itu membuat kami semua gila. Kami mulai berlari seperti orang gila.
Ada ratusan orang di dalam masjid – mereka hanya ingin bertahan hidup.
Banyak orang berdiri di luar di jalanan, mereka merasa tidak aman, bahkan di dalam masjid. Mereka berdiri di luar di salju. Ini di bawah nol sekarang. Itu terlalu dingin. Saya berbicara dengan Anda, dan saya gemetar.
Sejauh ini, kami belum melihat banyak bantuan di daerah kami, karena tidak banyak bangunan yang hancur dan rusak. Tapi kami telah melihat banyak pekerja utilitas – terutama dari perusahaan listrik dan gas – berlari untuk memadamkan api yang kami lihat setelah gempa kedua.
Di mana kita berada, orang membutuhkan lebih banyak makanan, lebih banyak selimut. (mii)