- AP Newsroom
Pejabat Korsel Dikritik Atas Insiden Itaewon, Ahli: Ini Seperti Bencana Buatan Manusia
Jakarta - Polisi Seoul diketahui hanya menugaskan 137 personel untuk mengatur kerumunan pesta Halloween Itaewon yang berjumlah sekitar 100 ribu orang, hingga menyebabkan lonjakan massa dan terjadilah kematian 150 orang lebih.
Kini diketahui personel yang dibentuk untuk menyelidiki kasus di Itaewon berjumlah 475 orang, ini tidak sebanding dengan jumlah personel ketika ditugaskan untuk mengendalikan massa.
Para pejabat menghadapi pertanyaan sulit tentang persiapan perayaan dan tuntutan pertanggungjawaban setelah insiden ini terjadi.
Pemerintah setempat bersikeras bahwa tidak ada cara untuk memperkirakan massa akan lepas kontrol.
Para ahli tidak setuju untuk mengerahkan sedikit personel polisi, hal ini menunjukkan bahwa para pejabat tidak siap untuk menghadapi kerumunan besar setelah pelonggaran COVID-19 di Seoul.
Selain harus menambah personel keamanan, pemerintah seharusnya melarang mobil melintasi jalur tempat diadakannya perayaan Halloween, sehingga mengurangi kerumunan di jalur sempit di mana tragedi itu terjadi.
Sebaliknya, 137 petugas di Itaewon ditugaskan untuk memantau kejahatan, dengan fokus khusus pada penggunaan narkotika. Hal ini berarti bahwa untuk semua tujuan praktis.
“Tidak ada yang menjaga keselamatan pejalan kaki,” kata Kong Ha-song, seorang profesor pencegahan bencana di Korea Selatan, Universitas Woosuk.
Kematian korban Halloween Itaewon dianggap sebagai buatan manusia.
“Bencana buatan manusia,” ujar Lee Changmoo, seorang professor perencanaan kota di Universitas Hanyang Seoul.
Menurutnya, pejabat seharusnya melakukan hal yang seupa dengan Festival Desa Global Itaewon awal Oktober lalu dengan menutup jalur utama Itaewon untuk mobil, sehingga ruang untuk kerumunan menjadi luas.
Professor perencanaan kota, Lee Changmoo, mengkritik Menteri Dalam Negeri dan Keamanan Lee Sang-min yang mengklaim memiliki lebih banyak personel polisi dan pemadam kebakaran di tempat kejadian perkara (TKP) tidak akan mencegah tragedi itu.
Seorang pejabat senior di Badan Kepolisian Nasional, Hong Ki-Hyeon mengakui persoalan itu selama konferensi pers. Ia mengatakan bahwa polisi tidak memiliki cara yang pasti untuk menangani kerumunan massa itu.
“Dalam acara seperti festival yang memiliki penyelenggara khusus, diskusi dilakukan antara kota terkait, polisi, pemadam kebakaran dan ahli medis yang mempersiapkan dan bekerja sama di bawah peran yang berbeda. Itulah kekurangan kami terkait kecelakaan ini," ucapnya.
Berbeda dengan Hong, Distrik Yongsan menolak menjawab pertanyaan tentang persiapan acara. (MG4/ree)