- Ap Newsroom
Usai Dilanda Banjir yang Menewaskan Ribuan Orang, Pakistan Kini Terancam Penyakit Akibat Hidup di Pengungsian
Perdana Menteri Pakistan Shahbaz Sharif berangkat ke New York pada hari Sabtu waktu setempat untuk menghadiri pertemuan langsung dengan para pemimpin dunia di Majelis umum PBB. Sharif akan meminta lebih banyak bantuan dari masyarakat internasional untuk mengatasi bencana tersebut.
Sebelum keberangkatannya, Sharif mendesak para dermawan dan lembaga bantuan untuk menyumbangkan makanan bayi untuk anak-anak. Selain itu ia juga meminta selimut, pakaian, serta bahan makanan lainnya untuk para korban banjir.
Hujan monsun belum pernah terjadi sebelumnya sejak pertengahan Juni. Para ahli mengaitkan banjir tersebut dengan perubahan iklim. Banjir itu telah menewaskan 1.545 orang di seluruh Pakistan dan menggenangi jutaan hektar tanah, serta menewaskan 552 anak.
Secara nasional, menurut Otoritas Manajemen Bencana Nasional banjir telah merusak 1,8 juta rumah, menghanyutkan jalan dan menghancurkan hampir 400 jembatan.
Lebih lanjut, Kepala rumah sakit distrik yang dikelola pemerintah di Jafferabad Imran Baluch mengatakan bahwa di distrik Dera Allah Yar di Baluchistan dari 300 orang yang dites setiap hari hampir 70% positif malaria. Selain malaria, demam tifoid dan infeksi kulit paling sering terlihat di antara para pengungsi.
Selanjutnya, dokter anak Sultan Mustafa mengatakan bahwa ia merawat sekitar 600 pasien di klinik lapangan yang didirikan oleh Yayasan Amal di daerah Jhuddo di Sindh. Ia mengatakan bahwa kebanyakan pasien adalah wanita dan anak-anak dengan saluran pencernaan, kudis, malaria, serta demam berdarah.
Pada hari Jumat (16/9/2022) waktu setempat, perwakilan badan anak-anak PBB di Pakistan, Abdullah Fadil mengatakan setelah mengunjungi daerah yang dilanda banjir di Sindh sekitar 16 juta anak terkena dampak banjir.