- Ap Newsroom
Usai Dilanda Banjir yang Menewaskan Ribuan Orang, Pakistan Kini Terancam Penyakit Akibat Hidup di Pengungsian
Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengingatkan tentang bencana kedua setelah banjir yang mematikan di Pakistan pada musim panas ini. Para dokter dan pekerja medis berlomba-lomba untuk memerangi wabah penyakit yang ditularkan melalui air.
Banjir itu mulai surut di beberapa provinsi, namun masih banyak warga yang masih mengungsi di tenda-tenda dan kamp darurat.
Akibat dari banjir tersebut, masyarakat menghadapi berbagai penyakit, antara lain ancaman infeksi saluran pencernaan, demam berdarah dan malaria yang terus meningkat. Air yang kotor dan tergenang menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk.
“Saya sangat prihatin dengan potensi bencana kedua di Pakistan, gelombang penyakit dan kematian akibat bencana ini. Terkait dengan perubahan iklim yang telah berdampak parah pada sistem kesehatan vital yang membuat jutaan orang rentan,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dikutip dari laman Ap Newsroom, Minggu (18/9/2022).
“Pasokan air terganggu, memaksa orang untuk minum air yang tidak aman. Tetapi jika kita bertindak cepat untuk melindungi kesehatan dan memberikan layanan kesehatan, kita dapat secara signifikan mengurangi dampak krisis yang akan datang ini,”
Kepala WHO juga mengatakan bahwa hampir 2 ribu fasilitas kesehatan telah rusak seluruhnya dan mendesak para pendonor untuk terus bermurah hati sehingga lebih banyak nyawa dapat diselamatkan.
Perdana Menteri Pakistan Shahbaz Sharif berangkat ke New York pada hari Sabtu waktu setempat untuk menghadiri pertemuan langsung dengan para pemimpin dunia di Majelis umum PBB. Sharif akan meminta lebih banyak bantuan dari masyarakat internasional untuk mengatasi bencana tersebut.
Sebelum keberangkatannya, Sharif mendesak para dermawan dan lembaga bantuan untuk menyumbangkan makanan bayi untuk anak-anak. Selain itu ia juga meminta selimut, pakaian, serta bahan makanan lainnya untuk para korban banjir.
Hujan monsun belum pernah terjadi sebelumnya sejak pertengahan Juni. Para ahli mengaitkan banjir tersebut dengan perubahan iklim. Banjir itu telah menewaskan 1.545 orang di seluruh Pakistan dan menggenangi jutaan hektar tanah, serta menewaskan 552 anak.
Secara nasional, menurut Otoritas Manajemen Bencana Nasional banjir telah merusak 1,8 juta rumah, menghanyutkan jalan dan menghancurkan hampir 400 jembatan.
Lebih lanjut, Kepala rumah sakit distrik yang dikelola pemerintah di Jafferabad Imran Baluch mengatakan bahwa di distrik Dera Allah Yar di Baluchistan dari 300 orang yang dites setiap hari hampir 70% positif malaria. Selain malaria, demam tifoid dan infeksi kulit paling sering terlihat di antara para pengungsi.
Selanjutnya, dokter anak Sultan Mustafa mengatakan bahwa ia merawat sekitar 600 pasien di klinik lapangan yang didirikan oleh Yayasan Amal di daerah Jhuddo di Sindh. Ia mengatakan bahwa kebanyakan pasien adalah wanita dan anak-anak dengan saluran pencernaan, kudis, malaria, serta demam berdarah.
Pada hari Jumat (16/9/2022) waktu setempat, perwakilan badan anak-anak PBB di Pakistan, Abdullah Fadil mengatakan setelah mengunjungi daerah yang dilanda banjir di Sindh sekitar 16 juta anak terkena dampak banjir.
Ia juga mengatakan bahwa UNICEF melakukan segala upaya yang dapat dilakukan untuk mendukung anak-anak dan keluarga yang terkena dampak dan melindungi mereka dari bahaya penyakit yang ditularkan melalui air. (mg1/mut)