- istimewa - antaranews
Konflik Iran-Israel Ancam Picu Guncangan Energi Global: Rupiah dan APBN Bisa Tertekan
“Jangan remehkan potensinya, justru karena konflik ini bisa meluas di kawasan yang menjadi urat nadi energi dunia,” tegasnya.
Harga Minyak Sudah Naik 11 Persen dalam Seminggu
Mengutip data Anadolu Agency, harga minyak mentah Brent—patokan global—telah naik 11 persen dalam sepekan yang berakhir pada 19 Juni 2025.
-
Pada 12 Juni (sehari sebelum serangan Israel ke Iran), Brent ditutup di 69,65 dolar AS per barel.
-
Pada 19 Juni, harganya melonjak menjadi 77,32 dolar AS per barel.
Sementara itu, minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) juga mengalami kenaikan 11 persen pada periode yang sama.
Meski demikian, harga minyak saat ini masih berada sedikit di bawah rata-rata 2024 yang berkisar 80 dolar AS per barel. Namun, jika eskalasi terus berlanjut dan Iran merealisasikan ancaman menutup Selat Hormuz, harga bisa melonjak ke atas 100 dolar AS per barel.
Selat Hormuz dan Ancaman Pasokan Energi Dunia
Selat Hormuz, yang berada di antara Iran dan Oman, adalah jalur pengiriman utama minyak dunia. Sekitar 20 persen dari total pasokan minyak global melewati jalur ini. Jika Iran benar-benar menutup Selat tersebut sebagai respons militer, pasar energi global bisa mengalami shock yang sangat serius.
Situasi geopolitik yang terus memanas di Timur Tengah tak lagi sekadar menjadi isu keamanan regional, tetapi telah menjelma menjadi ancaman ekonomi global. Bagi Indonesia, tantangannya jelas: menjaga stabilitas nilai tukar, mengendalikan tekanan subsidi, dan memastikan APBN tetap sehat menghadapi badai yang tak menentu.
Pemerintah perlu bersiap dengan strategi mitigasi yang konkret—baik melalui penyesuaian subsidi, cadangan energi, maupun kebijakan fiskal yang fleksibel. Karena satu hal yang pasti: energi dunia kini tengah memasuki fase rawan, dan Indonesia tak bisa berdiri sebagai penonton. (ant/nsp)