- Antara
Presiden Mesir Sebut Tindakan Israel di Gaza Telah Berubah Menjadi Hukum Kolektif
Jakarta, tvOnenews.com - Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi mengatakan kepada Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken pada Minggu (15/10) bahwa tindakan Israel di Gaza telah berubah menjadi “hukuman kolektif,” menurut media massa.
Kantor berita Turki, Anadolu, mengutip laporan Cairo News Channel (CNC), yang menyebutkan bahwa al-Sisi bertemu dengan Blinken di Kairo, ibu kota Mesir ketika menlu AS itu melakukan kunjungan ke Mesir.
Kunjungan Blinken ke Mesir itu merupakan bagian dari lawatannya di Timur Tengah untuk menegaskan kembali dukungan Washington bagi Israel, yang sedang berperang dengan kelompok Palestina Hamas.
Dalam pertemuan dengan Blinken, al-Sisi mengatakan bahwa “respons Israel telah melampaui prinsip membela diri menjadi hukuman kolektif terhadap Gaza, yang merupakan rumah bagi lebih dari 2,3 juta warga Palestina.”
Dia juga menekankan bahwa tak adanya solusi terhadap masalah Palestina telah meningkatkan kemarahan.
Al-Sisi menambahkan bahwa menunda masalah Palestina akan memperpanjang penderitaan rakyat Palestina dan memakan lebih banyak korban.
Blinken melakukan lawatan ke negara-negara Timur Tengah untuk mengunjungi Israel, Yordania, Qatar, Bahrain, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Mesir pada 11-15 Oktober.
Rangkaian lawatannya itu ditujukan untuk bertemu dengan para pejabat negara-negara itu dalam rangka membahas upaya agar konflik Israel-Palestina tidak meluas.
Serangan Israel di Gaza terus berlanjut dan lebih dari dua juta warga Gaza terisolasi sejak Israel melancarkan bombardemen dan blokade intensif sebagai pembalasan atas serangan yang dilakukan Hamas pada 7 Oktober.
Menurut Israel, sudah sekitar 600 ribu penduduk Gaza bergerak dari daerah utara ke selatan sejak Israel pada Jumat pekan lalu memerintahkan penduduk Gaza utara agar menyingkir ke bagian selatan salah satu kantong Palestina.
Kementerian Kesehatan di Gaza mengatakan sedikitnya 2.750 orang tewas akibat serangan Israel, yang seperempat dari mereka adalah anak-anak, dan hampir 10.000 orang terluka. Sekitar 1.000 orang lainnya hilang dan diyakini berada di bawah reruntuhan.