- Istockphoto
Mengelola Sampah dari Rumah: Peran Bank Sampah dalam Memperkuat Lingkungan dan Warga Perkotaan
tvOnenews.com - Pengelolaan lingkungan berbasis masyarakat menjadi salah satu pendekatan yang banyak direkomendasikan untuk menjawab persoalan sampah perkotaan. Salah satu model yang terbukti efektif adalah program Bank Sampah, yang tidak hanya menekan volume sampah, tetapi juga menumbuhkan kesadaran ekonomi sirkular di tingkat rumah tangga.
Di berbagai negara maju seperti Jepang dan Jerman, pemilahan sampah sejak dari rumah disertai insentif sosial terbukti mampu meningkatkan tingkat daur ulang secara signifikan. Data OECD menunjukkan negara dengan sistem pemilahan yang konsisten mampu menekan limbah ke tempat pembuangan akhir hingga di bawah 50 persen.
Pendekatan serupa juga diterapkan di beberapa kota di Eropa melalui skema deposit return system, di mana masyarakat memperoleh imbal balik ekonomi dari sampah plastik dan kemasan.
Skema ini tidak berdiri sendiri, melainkan diperkuat oleh edukasi lingkungan yang berkelanjutan dan dukungan infrastruktur. Hasilnya, partisipasi warga meningkat karena pengelolaan sampah dipahami bukan sebagai beban, melainkan sebagai aktivitas bernilai.
Melansir dari berbagai sumber, di Indonesia, konsep Bank Sampah berkembang dengan pendekatan yang disesuaikan dengan kondisi sosial masyarakat. Insentif ekonomi sederhana, keterlibatan pengurus lingkungan, serta penguatan sistem yang sudah berjalan menjadi kunci keberlanjutan.
Program ini kerap dikombinasikan dengan inisiatif sosial lain, seperti layanan kesehatan, untuk memperluas dampak langsung bagi warga. Salah satu contohnya, di Kelurahan Warakas, Tanjung Priok, pengelolaan sampah berbasis komunitas diperkuat melalui dukungan terhadap sistem Bank Sampah yang telah berjalan. Awalnya, pengelolaan sampah di wilayah ini masih berfokus pada sampah organik.
Dukungan yang diberikan kemudian diarahkan untuk memperluas cakupan pada sampah plastik, yang selama ini menjadi tantangan utama di kawasan padat penduduk. Melalui skema penukaran, warga dapat menukarkan setiap lima kilogram sampah plastik dengan paket sembako.
Pendekatan ini tidak hanya mendorong pemilahan sampah, tetapi juga memberikan nilai ekonomi langsung bagi rumah tangga. Dari program tersebut, tercatat sekitar 200 kilogram sampah plastik berhasil dikumpulkan dari warga RW 1 Warakas. Selain itu, disalurkan pula sarana pendukung berupa gerobak sampah dan tempat sampah di fasilitas lingkungan untuk menunjang kegiatan kerja bakti rutin.
Model ini sejalan dengan praktik di negara-negara maju yang menempatkan insentif sebagai alat perubahan perilaku, bukan semata bantuan sesaat. Keterlibatan warga menjadi faktor utama keberhasilan, karena sistem hanya akan berjalan jika partisipasi masyarakat terjaga.
Selain isu lingkungan, peningkatan kualitas hidup warga juga menyentuh aspek kesehatan. Di wilayah yang akses layanannya masih terbatas, pemeriksaan kesehatan dasar sering kali belum mencakup kebutuhan spesifik lansia, seperti gangguan penglihatan.
Padahal, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), gangguan penglihatan yang tidak tertangani dapat menurunkan produktivitas dan kualitas hidup kelompok usia lanjut. Melalui kegiatan pemeriksaan mata gratis, sebanyak 100 lansia dan pra-lansia mendapatkan layanan pemeriksaan sekaligus kacamata sesuai kebutuhan.
Program ini melengkapi layanan kesehatan yang sebelumnya lebih banyak berfokus pada pemeriksaan gula darah, kolesterol, dan asam urat. Integrasi antara program lingkungan dan kesehatan mencerminkan pendekatan pembangunan komunitas yang lebih holistik.
“Warakas merupakan wilayah ring 1 kantor pusat PMSol. Karena itu, kami merasa memiliki tanggung jawab untuk tumbuh dan berkembang bersama masyarakat sekitar. Program Bank Sampah dan bantuan kesehatan ini kami rancang agar memberikan manfaat yang nyata, baik dari sisi lingkungan maupun kualitas hidup warga, khususnya para lansia,” ujar Direktur Utama PT Pertamina Marine Solutions, Dian Prama Irfani.
“Kami tidak ingin program ini hanya bersifat seremonial. Dengan melibatkan pengurus wilayah dan memperkuat inisiatif yang sudah ada, kami berharap program ini dapat terus berjalan secara mandiri dan memberi dampak jangka panjang bagi masyarakat,” tambahnya.
Pengelolaan lingkungan melalui program Bank Sampah menunjukkan bahwa perubahan tidak selalu harus dimulai dari kebijakan berskala besar, melainkan dapat tumbuh dari inisiatif komunitas yang konsisten dan inklusif.
- Ist
Ketika pengelolaan sampah dipadukan dengan insentif ekonomi sederhana serta dukungan layanan kesehatan dasar, manfaat yang dihasilkan tidak hanya dirasakan oleh lingkungan, tetapi juga langsung menyentuh kualitas hidup warga.
Praktik semacam ini menegaskan pentingnya kolaborasi antara masyarakat, pengelola lingkungan, dan pemangku kepentingan lain agar program dapat berkelanjutan.
Model Bank Sampah berbasis partisipasi warga seperti ini berpotensi direplikasi di kawasan perkotaan lain sebagai bagian dari upaya memperkuat ketahanan lingkungan sekaligus kesejahteraan sosial secara beriringan. (udn)