- Istockphoto
Inilah Cara Menguasai Ekosistem Maritim Dunia di Era Digital, Teknologi dan SDM Jadi Senjata Utama
tvOnenews.com - Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memegang peran strategis dalam menjaga dan membangun ekosistem maritim global. Lebih dari 70% wilayah Indonesia adalah laut, dan jalur perairannya dilintasi sejumlah rute pelayaran tersibuk dunia, termasuk Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI).
Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), sektor maritim berkontribusi besar terhadap ekonomi biru nasional, mulai dari pengelolaan perikanan, konektivitas logistik, hingga pertahanan wilayah.
Namun, ekosistem ini hanya dapat berkembang apabila Indonesia mampu memperkuat tata kelola, teknologi, dan kualitas sumber daya manusia di bidang kemaritiman.
Pembangunan ekosistem maritim Indonesia juga membutuhkan penguatan kolaborasi internasional. Misalnya, Indonesia aktif dalam forum International Maritime Organization (IMO untuk meningkatkan standar keselamatan pelayaran, efisiensi energi kapal, dan inisiatif dekarbonisasi maritim.
Pemerintah juga mendorong digitalisasi pelabuhan lewat program National Logistic Ecosystem (NLE) yang bertujuan menurunkan biaya logistik serta mempercepat proses bongkar muat di berbagai pelabuhan besar, seperti Tanjung Priok dan Tanjung Perak.
Langkah ini memperlihatkan bahwa modernisasi maritim bukan sekadar membangun infrastruktur, tetapi juga membentuk integrasi sistem dan kolaborasi lintas negara.
Di sisi lain, upaya menjaga ekosistem maritim tidak akan berhasil tanpa peran industri nasional. Banyak perusahaan maritim Indonesia kini mulai memainkan peran global melalui penguatan teknologi, inovasi digital, dan peningkatan kompetensi talenta.
Melansir dari berbagai sumber, salah satu contoh nyata adalah keikutsertaan perusahaan nasional dalam forum energi dan maritim dunia, yang memberikan ruang untuk memperkenalkan kemampuan Indonesia serta membuka peluang kemitraan strategis.
Inilah konteks penting yang diperlihatkan Pertamina Marine Solutions (PMSol) ketika tampil di panggung internasional ADIPEC 2025. Pertamina Marine Solutions (PMSol), anak usaha Subholding Integrated Marine Logistics Pertamina International Shipping (PIS), resmi berpartisipasi dalam Abu Dhabi International Petroleum Exhibition and Conference (ADIPEC) 2025.
Ini merupakan partisipasi perdana PMSol, sekaligus langkah penting untuk memperkuat posisi Indonesia di jaringan maritim dan logistik energi global. Selama empat hari penyelenggaraan, ajang ini mempertemukan pemimpin industri energi dan maritim dari seluruh dunia.
Delegasi PMSol mengikuti berbagai pertemuan bisnis, diskusi strategis, serta menerima kunjungan. Melalui rangkaian agenda ini, PMSol menjajaki potensi kerja sama baru dan memperkenalkan kapabilitas maritim Indonesia kepada calon mitra internasional.
Dalam sesi konferensi bertajuk “Shaping the Future of Maritime Logistics with Digital Technologies”, Direktur PMSol Dian Prama Irfani memberikan sorotan penting mengenai kesiapan manusia dalam proses digitalisasi industri maritim.
Teknologi, mulai dari smart-port, kecerdasan buatan (AI), digital twins hingga Just-In-Time (JIT) port calls, tidak serta-merta menjamin keberhasilan transformasi digital.
“Banyak proyek digital berhenti pada tahap pilot bukan karena teknologinya kurang memadai, tetapi karena kesiapan sumber daya manusia yang belum berkembang. Orang adalah ‘operating system’ industri maritim, sementara AI dan data hanyalah aplikasinya,” kata Irfani.
Masa depan logistik maritim ditentukan oleh kemampuan manusia dalam memimpin proses perubahan. Ia menekankan tiga kapabilitas utama yang harus diperkuat sektor maritim: transformasi kognitif, kolaborasi manusia–mesin, dan ketahanan adaptif.
Digitalisasi akan memberikan dampak maksimal jika para profesional maritim memiliki pola pikir dan kesiapan etis yang sama. Ia menegaskan. “Saat algoritma menjadi umum, judgment menjadi pembeda. Ketika otomatisasi menjadi standar, etika menjadi strategi,” tambahnya.
Transformasi tersebut sejalan dengan perjalanan PMSol dalam dua tahun terakhir, ketika perusahaan meningkatkan bisnis inti sekaligus mempercepat digitalisasi di berbagai layanan operasional. Peningkatan kompetensi talenta maritim nasional juga menjadi fokus utama yang terus dikuatkan.
Menutup sesi, Irfani menegaskan bahwa manusia tetap menjadi pusat dari digitalisasi maritim.
“Technology transforms systems, but people transform performance. Masa depan logistik maritim akan dibentuk bukan hanya dengan mendigitalisasi kapal dan pelabuhan, tetapi juga kesiapan manusianya,” ujarnya.
Harapannya bisa membuka ruang kolaborasi baru dan memperkuat kontribusi Indonesia dalam ekosistem maritim global, sebuah langkah penting agar Indonesia mampu bersaing dan berperan sebagai kekuatan maritim di panggung dunia. (udn)