- Tangkapan layar tvOne
Profil Pesantren Al Khoziny, Kesaksian Alumni soal Hukuman Ngecor hingga Biaya Masuk dan SPP Bulanan
Sidoarjo, tvOnenews.com – Pondok Pesantren Al Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur, menjadi sorotan publik usai insiden ambruknya bangunan yang menimpa para santri.
Namun di balik musibah tersebut, pesantren ini ternyata menyimpan sejarah panjang sebagai salah satu ponpes tertua di Jawa Timur yang telah berdiri sejak tahun 1927.
Ponpes yang dikenal sebagai pesantren salafiyah ini memiliki ribuan santri dari berbagai daerah.
{{imageId:372508}}
Banyak keluarga yang turun-temurun menimba ilmu di pesantren tersebut, termasuk Abdul Wahid, salah satu alumni sekaligus wali santri yang turut kehilangan anak dan cucunya dalam peristiwa tragis itu.
Dalam wawancara eksklusif bersama reporter tvOne, Abdul Wahid mengenang masa-masa saat dirinya menimba ilmu di Al Khoziny.
Ia menyebut pesantren ini berdiri kokoh sejak masa sebelum kemerdekaan dan menjadi pusat pendidikan agama yang disegani di wilayah Sidoarjo.
“Pondok Al Khoziny itu pondok besar, pondok salaf. Keluarga saya semuanya pernah mondok di sana,” tutur Abdul Wahid.
Menurutnya usia lembaga pendidikan Islam ini kini telah mendekati satu abad. Tahun 2026 mendatang, Ponpes Al Khoziny akan genap berusia 100 tahun, sebuah capaian yang istimewa bagi pesantren di Indonesia.
Beberapa kabar yang beredar sempat menyebut para santri turut membantu proses pengecoran bangunan yang akhirnya ambruk, bahkan disebut sebagai bagian dari hukuman. Namun Abdul Wahid dengan tegas membantah tudingan tersebut.
“Nggak ada istilah hukuman disuruh ngecor, Mas. Kalau di pondok dulu hukuman itu paling rambut digundul, itu saja,” ungkapnya.
Ia juga menambahkan bahwa pembangunan gedung di lingkungan pesantren selama ini dikerjakan oleh tenaga profesional, bukan oleh para santri.
“Yang bangun itu tukang-tukang profesional semua, Mas. Sejak dulu pondok itu nggak pernah ada masalah seperti ini. Baru sekarang kena musibah,” ujarnya lirih.
Biaya Ponpes Al Khoziny
- Antara
Meski memiliki sejarah panjang dan jumlah santri yang terus bertambah, Abdul Wahid menyebut bahwa biaya pendidikan di Ponpes Al Khoziny tetap terjangkau bagi masyarakat kecil.