- tim tvone - khumaidi
Kepala BNPB Jabarkan Kendala dalam Proses Evakuasi Korban Ambruk Musala Al Khoziny Sidoarjo
Sidoarjo, tvOnebnews.com - Penanganan darurat bencana hari keenam evakuasi korban ambruknya gedung di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, tetap difokuskan untuk mencari dan evakuasi jenazah korban yang masih terjebak di bawah reruntuhan.
"Penanganan darurat tetap difokuskan untuk mencari dan evakuasi jenazah korban yang masih terjebak di bawah reruntuhan. Upaya pencarian dilakukan melalui kombinasi metode manual dan dukungan peralatan berat," ucap Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto saat di lokasi evakuasi, Sabtu, 4 Oktober 2025.
Ia menyampaikan sejak Jumat malam, 3 Oktober, hingga saat ini, tim gabungan mengoptimalkan pembersihan beton dan puing reruntuhan bangunan untuk membuka akses lebih luas dan lebih aman terhadap area yang diduga terdapat jasad korban.
Dia menyebut tantangan besar yang dihadapi adalah tebalnya tumpukan material beton. Hal ini memperlambat akses menuju titik yang diduga terdapat korban.
"Sebagai solusi, alat berat diterjunkan dengan pengendalian ketat para personel gabungan yang terdiri dari 400 orang lebih untuk memastikan keselamatan tim lapangan selama 24 jam dengan pola tiga shift secara bergantian," terang Suharyanto.
Ia menegaskan proses evakuasi tidak akan kekurangan personel karena kedatangan ratusan personel dengan tiga pembagian waktu pekerjaan secara profesional.
Sementara jenazah korban yang berhasil dievakuasi langsung dibawa ke posko DVI (Disaster Victim Identification) meski menghadapi berbagai kendala akibat kondisi korban.
"Proses DVI di musala Al Khoziny menghadapi kendala karena sebagian besar korban masih berusia anak-anak dan remaja sehingga belum memiliki KTP atau dokumen identitas resmi. Tim identifikasi banyak berpatokan pada data sekunder seperti ijazah, catatan sidik jari dari dokumen pendidikan, hingga pakaian terakhir yang dikenakan korban," ungkapnya.
Untuk mengatasi keterbatasan ini, solusi lain yang dilakukan adalah pengumpulan data ante mortem dari keluarga, seperti ciri fisik khusus, tanda lahir, kondisi gigi, atau rekam kesehatan yang pernah dimiliki.
Selain itu, tim juga menggunakan metode pencocokan forensik, termasuk pemeriksaan DNA jika diperlukan, untuk memastikan akurasi identitas.
"Dengan pendekatan ini, proses identifikasi tetap dapat berjalan tanpa memerlukan waktu yang lama, meski menghadapi keterbatasan dokumen kependudukan pada korban," terangnya.