- IST
Cerita Prof Ing Mokoginta Delapan Tahun jadi Korban Mafia Tanah
Jakarta, tvOnenews.com - Di saat seluruh warga Indonesua memeringati hari kemerdekaan Indonesia yang ke 80, ada orang orang yang masih meratapi kepedihan dan kesedihan dalam mencari keadilan di Indonesia. Pada waktu hari Ulang Tahun ke 80 bagi Negara Indonesia bersamaan juga dengan Hari Ulang Tahun ke 8 bagi Prof Ing Mokoginta yang menjadi korban mafia tanah.
Delapan Tahun Prof Ing terus mencari keadilan untuk mengembalikan hak atas tanahnya yang dirampas oleh mafia tanah di Sulawesi Utara. Padahal sudah ada 2 Putusan Inkrah pada PN dan PTUN yang menyatakan objek tanah di Kota Kotamobagu itu milik Prof Ing Mokoginta, namun 2 putusan tersebut terkesan tidak berguna karena 1 centipun tanah tidak kembali.
Nathaniel Hutagaol Sh MH selaku Kuasa Hukum Prof Ing juga menerangkan bukan hanya proses Pengadilan Negeri dan PTUN yang sudah dijalankan namun juga sudah melakukan upaya hukum pidana yang bergulir sejak 2020 pada Polda Sulut dan kemudian 2022 ditarik ke Mabes Polri.
"Di sinilah mulai terjadi benang kusut yang hingga kini tidak terpecahkan, pada Tahun 2021 Polda Sulut telah menetapkan nama nama tersangka dan diperkuat dengan ada P16 dari Kajati Sulut kemudian pada tahun 2022 Laporan Polisi ditarik ke Dittipidum Mabes Polri yang mana kemudian nama tersangka pada Tahun 2021 hilang tanpa melalui putusan pra peradilan," kata Niel, Senin (18/8/2025).
Niel juga heran terhadap prosedur hukum yang dilakukan oleh oknum penyidik ditingkat Mabes Polri, karena pada prinsipnya hanya melalui praperadilan penetapan tersangka dapat dianulir namun hingga saat ini tidak ada satupun putusan pra peradilan yang menyatakan nama nama tersangka pada tahun 2021 itu dianulir
"Jika hari ini saja seorang Profesor saja menyatakan dirinya sebagai pengemis keadilan dan profesor terbodoh sepanjang sejarah karena percaya adanya keadilan di Indonesia, bagaimana kita bisa membayangkan rakyat kecil mencari keadilan, apakah kita betul betul sudah merdeka, atau kemerdekaan hanya milik segelintir orang?" tutup Niel. (ebs)