- Tangkapan layar youtube ustaz Adi Hidayat
Mulai Sekarang Jangan Gunakan Sajadah Terlalu Empuk untuk Shalat Ternyata Dilarang Nabi, Ustaz Adi Hidayat Jelaskan Hal ini, Ternyata karena...
vOnenews.com - Ustaz Adi Hidayat berpesan bahwa sebisa mungkin jangan gunakan sajadah yang terlalu empuk untuk shalat. Mengapa demikian? Simak penjelasan Ustaz Adi Hidayat berikut ini.
Sajadah merupakan perlengkapan penting bagi umat Islam dalam menjalankan ibadah sholat.
Selain berfungsi sebagai alas untuk menjaga kebersihan area sujud, sajadah juga memiliki peran dalam meningkatkan kekhusyukan.
Saat seorang muslim bersujud, dahi yang menyentuh tanah menjadi simbol ketundukan dan kerendahan hati di hadapan Allah.
Pemilihan sajadah yang tepat dapat berpengaruh terhadap kualitas ibadah.
Sajadah yang memiliki ketebalan ideal memungkinkan jamaah merasakan sensasi “menyentuh bumi” secara lebih nyata, sehingga semakin mendalam dalam meresapi ibadahnya.
Ustadz Adi Hidayat (UAH) memberikan pandangan menarik mengenai pemilihan sajadah yang baik untuk shalat.
Mengapa dilarang menggunakan sajadah yang terlalu empuk untuk shalat?
Menurutnya, penggunaan sajadah yang terlalu empuk dapat mengurangi kualitas sujud seorang muslim.
Ia menekankan bahwa penting bagi jamaah untuk memilih sajadah yang memungkinkan kontak langsung antara dahi dan permukaan tempat sujud.
- iStockPhoto
“Karena itu, jangan gunakan alas sujud yang terlalu empuk, sampai-sampai tidak terasa pertemuan kening dengan tempat sujud,” ujar UAH, dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @AlBadru.
Beliau menambahkan bahwa jamaah sebaiknya lebih mempertimbangkan fungsi sajadah daripada hanya melihat tampilannya.
“Sajadahnya mungkin terlihat bagus, tetapi jika terlalu empuk, sujud kita malah terasa seperti tidur di atas bantal, tidak terasa mantap saat menyentuh lantai,” tambahnya.
Ia juga menegaskan bahwa sajadah yang terlalu empuk bisa mengganggu fokus dalam beribadah.
Dalam penjelasannya, UAH menyebutkan bahwa sajadah terbaik adalah yang memiliki permukaan rata dan cukup keras, sehingga memberikan kenyamanan tanpa mengurangi kontak antara dahi dan lantai.
“Sujud akan terasa lebih nyaman jika sajadah yang kita gunakan tidak terlalu empuk,” jelasnya.
Selain aspek spiritual, UAH juga menyinggung manfaat kesehatan dari sujud yang dilakukan dengan benar.
Salah satu manfaatnya adalah peningkatan aliran darah ke otak, yang dapat berdampak positif bagi kesehatan.
“Ketika kita sujud, darah mengalir ke otak, dan itu memberikan manfaat luar biasa bagi tubuh,” ungkapnya.
Dalam kesempatan tersebut, beliau juga membahas konsep “God spot”, yakni titik di tengah dahi yang dikaitkan dengan manfaat spiritual dan kesehatan.
Sujud yang sempurna, menurutnya, dapat mengaktifkan titik ini dan memberikan dampak positif bagi tubuh, sehingga pemilihan sajadah yang tepat menjadi semakin penting.
Lebih lanjut, UAH menekankan bahwa pemilihan sajadah bukan hanya sekadar urusan kenyamanan, tetapi juga mempengaruhi kesempurnaan dalam ibadah.
Beliau mengimbau jamaah untuk lebih selektif dalam memilih sajadah, serta memastikan bahwa fungsinya benar-benar mendukung kekhusyukan.
Rasulullah SAW bersabda: “Apabila salah seorang di antara kalian shalat di atas sesuatu yang menghalangi sujudnya, maka hendaklah ia menyingkirkannya.” (HR. Ibnu Majah).
Hadis ini menunjukkan bahwa tidak seharusnya ada penghalang yang mengurangi kesempurnaan sujud, termasuk sajadah yang terlalu tebal atau empuk.
UAH juga memperingatkan agar umat Islam tidak tergiur dengan sajadah yang terlihat mewah tetapi menghambat ibadah. “Jangan tergoda dengan sajadah yang tampak bagus, lihat juga fungsinya,” jelasnya.
Menurut UAH, memilih sajadah yang sesuai dapat membantu memperbaiki kualitas sholat seseorang. Kekhusyukan dalam ibadah sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek kecil seperti ini.
Oleh karena itu, ia mendorong jamaah untuk lebih memperhatikan sajadah yang mereka gunakan, sebagai bagian dari persiapan sebelum sholat.
“Jangan anggap remeh pemilihan sajadah, karena itu juga bagian dari cara kita mendekatkan diri kepada Allah,” pesan UAH.
Selain aspek praktis, UAH juga menghubungkan hal ini dengan konsep tawadhu’ atau sikap rendah hati dalam beribadah.
Menurutnya, memilih sajadah yang tidak terlalu mewah atau terlalu empuk mencerminkan sikap rendah hati dan fokus pada esensi ibadah.
Di akhir penyampaiannya, UAH mengajak umat Islam untuk menjadikan shalat sebagai momen refleksi dan mendekatkan diri kepada Allah tanpa gangguan eksternal.
“Dengan sujud yang benar, kita merasakan kedekatan dengan Allah yang sesungguhnya,” pungkasnya. (udn)