- tvOnenews.com/Rizki Amana
Sidang Etik AKBP Bintoro terkait Kasus Pemerasan akan Digelar 7 Februari
Jakarta, tvonenews.com - Polda Metro Jaya masih terus mengusut kasus dugaan pemerasan yang dilakukan oleh sejumlah polisi terhadap tersangka kasus pembunuhan, Arif Nugroho (AN) alias Bastian dan Muhammad Bayu Hartanto.
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Kombes Ade Ary Syam Indradi menyebut bahwa AKBP Bintoro akan segera disidang kode etik.
"Updatenya yang perlu kami sampaikan bahwa Bid Propam akan melaksanakan sidang kode etik terhadap para terduga pelanggar hari Jumat nanti tanggal 7 Februari 2025. Hari jumat akan dilakukan sidang kode etik," ucap Ade Ary kepada wartawan, Senin (3/2/2025).
Sampai dengan saat ini, Ade Ary menjelaskan, terduga pelanggar terdapat lima orang. Namun, yang ditempatkan khusus (patsus) hanya 4 orang.
"Empat orang dipatsus ditambah satu orang tidak dilakukan patsus itu saudari M, mantan Kanit Satreskrim Polres Metro Jakarta Selatan," jelas Ade Ary.
Ade Ary menegaskan, pihaknya terus berupaya meningkatkan perlindungan dan kehadiran di tengah masyarakat.
"Apabila ada hal-hal yang terjadi mohon masyarakat bisa menjaga keamanan dan ketertiban," ujarnya.
Perlu diketahui, Indonesian Police Watch (IPW) menyebut bahwa dugaan pemerasan yang dilakukan oleh AKBP Bintoro Eks Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Metro Jakarta Selatan tak hanya uang tunai senilai Rp20 miliar.
Ketua IPW, Sugeng Teguh Santoso mengungkapkan bahwa AKBP Bintoro juga membawa kendaraan mewah milik tersangka Arif Nugroho dan Muhammad Bayu Hartanto anak dari pemilik Prodia.
"Dari kasus ini, AKBP Bintoro yang saat itu menjabat Kasatreskrim Polres Jaksel meminta uang kepada keluarga pelaku sebesar Rp 20 Miliar serta membawa mobil Ferrari dan motor Harley Davidson dengan janji menghentikan penyidikan," ungkap Sugeng dalam keterangan tertulisnya, Minggu (26/1/2025).
Sugeng menjelaskan peristiwa pemerasan yang dilakukan oleh AKBP Bintoro ini bisa terungkap.
Setelah menjanjikan penghentian kasus kepada pihak tersangka pembunuhan, namun nyatanya AKBP Bintoro ingkar janji.
Ternyata, kasusnya tetap berlanjut. Sehingga tersangka yang sudah menyerahkan sejumlah uang menjadi kecewa dan menggugat AKBP Bintoro ke pengadilan.
"Kasus ini mencuat setelah adanya gugatan perdata dari pihak korban pemerasan terhadap AKBP Bintoro tertanggal 6 Januari 2025 lalu," jelas Sugeng.